“Saat ini, aku males nonton berita di TV, karena ndak ada berita yang bisa di percaya”, gumam Tarjo di sela-sela alunan cangkul kecil yang ia gunakan untuk mencampur pasir dan semen.
Lho gmana Jo...bukannya kamu yang selama ini semangat banget kalau ngobrol masalah berita apalagi masalah politik? Tanya Narjo.
Lha wong sekarang berita politik isine mung pada Padu thok, saling berebut menjadi ketua, saling mengumbar aib, harga BBM naik turun ra nggenah, yang bingung kan kita sebagai rakyat kecil, orang-orang yang duduk sebagai pejabat di atas sana ya enak-enak saja, selain kita bingung juga meraskan apa-apa mahal, Sedangkan upah kita tetap saja, terus piye ? bertanya pada rekan-rekan pekerja buruh bangunan lain yang ada di tempat itu.
Salahmu tuh, itukan pilihanmu pas PEMILU tahun kemarin, yang katanya presidene WONG CILIK, seneng blusukan lihat rakyat kecil, tapi kenyataannya kok seperti ini!!!! Tiba –tiba Siroh menyahut dari atas atap rumah karena dia sedang masang genteng.” Untung, kemarin aku ndak milih orang itu, mending pilihankukan gagah dan pemberani, he,..walaupun ndak jadi”.
“Alah,, kamu roh, belum tentu kalau calon presidenmu jadi, keadaannya akan lebih baik dari sekarang, kita nikmati saja, yang penting kita ada kerjaan terus, supaya dapurnya istri bisa tetap ngebul, bisa makan saja alhamdulillah”. Kata Narjo
Terus, salah siapa dengan keadaan ini? Salah siapa Barang-barang mahal, Salah siapa hukum tidak jelas kebenarannya, Salah siapa pejabat pada bertengkar? Tanya Tarjo dengan sedikit emosi.
Yang jelas, bisa jadi salah kita, memilih wakil rakyat yang ndak benar, bukan karena kemampuan dan tanggungjawabnya tapi karena isi amplopnya yang dibagikan oleh tim sukses mereka, memilih mereka yang suka pamer kebaikan di televisi kalau ndak slah bahasa kerennya adalah PENCITRAAN. Kalau bukan kita yang memilih mereka, bukannya mereka tidak mungkin jadi pejabat, kita saja orang bodoh yang mau di bodohi. Makanya anak-anak kita harus ngaji dan sekolah biar Jadi orang bener dan pinter. Jawab Miskun, pak Mandor bangunan.
Ya...ndak Cuma salah kita, salah mereka juga yang ndak tau malu, sudah di pilih dan di percaya oleh rakyat, di gaji dengan uang rakyat kok ya kelakuannya kaya anak TK suka bertengkar, wong anaku yang TK saja tidak pernah bertengkar, tidak amanah, janji kampanye saja mungkin sudah lupa, ah...mereka mungkin sering terjatuh sehingga gegar otak, hilang ingatan akhirnya...ha...ha... canda Yatim, smbil menyaring pasir.
Istirahat-istirahat, waktunya makan siang, obrolan hangat itupun berakhir dengan datangnya makan siang yang sudah di pesan oleh Pak Mandor.
Purbalingga, 02 April 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H