Republik gonjang-ganjing saya menyebutnya, sebuah negara di salah satu benua yang berpenduduk 500 juta jiwa. Dengan PDB yang cukup tinggi menurut lembaga statistik resmi dinegara tersebut, padahal kenyataanya adalah sebaliknya. pelaporan selalu dapat di manipulasi, namun realita masyarakat yg memprihatinkan hebatnya mampu pula dimanipulasi oleh petinggi-petinggi negri. Mereka menilai kehidupan masyarakat masih layak dan masih diatas garis kemiskinan. Lagi-lagi hati yang seharusnya menetralisir keangkuhan pikiran picik, malah memanipulasi otak utk mengabaikan segala penderitaan yang dirasakan masyarakat kecil.
bukan hanya itu, rakyatnya pun tak kalah heboh dengan gonjang-ganjing. Bayangkan setiap pagi hingga sore hari ibu-ibu rumah tangga selalu panik dengan kebutuhan hidup yang tidak stabil, semakin mencekik sementara penghasilan suami mereka belum ada tanda-tanda utk naik, lha wong kenaikan UMP selalu telat dibanding kenaikan harga.
Hampiiiiir saja berbunga-bunga hati saya oleh “isyu” moratorium tentang pengangkatan tenaga honorer bidang pendidikan beberapa bulan yang lalu, namun saat ini kandas sudah harapan. Pada hari ini Kemenpan mengeluarkan moratorium yang menyatakan tidak ada pengangkatan PNS, tetapi status mereka (tenaga honorer) dibawah Outsorcing. Namanya juga republik gonjang-ganjing sedikit terasa angin segar saja akhirnya terbawa angin. Tidak bisa dibayangkan kekecewaan tenaga honorer yang sudah belasan tahun menggantungkan harapan pada pemerintah utk pengangkatan status mereka menjadi PNS, demi kehidupan yang lebih layak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H