Pemerintah China merilis 17,8 juta bayi terlahir selama 2016 atau naik 1,31 juta kelahiran bila melirik tahun 2015. Kelahiran bayi-bayi mungil pada Tahun Monyet –dalam kalender China- itu tak sedikit.
Bila dirunut, jutaan angka kelahiran merupakan dampak dari kebijakan ‘Two Child Policy’. Kebijakan dua anak tersebut merupakan kebijakan Pemerintah China membatasi jumlah anak dalam setiap kepala keluarga, tapi di sini tak disebut bila sang ayah berpoligami lho. Sebelumnya, Pemerintah Negeri Tirai Bambu selama 36 tahun atau sejak 1979 menerapkan kebijakan satu anak untuk satu keluarga, One Child Policy.
Kebijakan ini sebetulnya perlahan mulai dilonggarkan sejak tahun 2013, namun baru berlaku efektif di seluruh China pada 2016. Sebelum kebijakan ini, orang tua akan didenda bila memiliki anak lebih dari satu.
China ‘Cetak’ 17.8 Bayi, Populasi China Tembus 1,37 Miliar
Berdasarkan data International Monetary Fund (IMF), populasi China tembus 1,378 miliar penduduk atau setara hampir 5 kali total penduduk Indonesia. Bila dibandingkan tahun 2015, penambahan populasi tak terlihat besar karena pastinya dihitung dengan angka kematian. Total populasi China sendiri pada tahun 2015 mencapai 1,373 miliar penduduk.
Boleh Punya 2 Anak, Orang Tua Langsung Tertarik?
Bagi pasangan suami-istri yang ingin memiliki anak lebih dari satu, kebijakan ini tentunya sangat dinanti-nanti. Mereka tak perlu khawatir terkena denda, melakukan aborsi, atau bahkan menitipkan sang anak ke keluarga agar terhindar dari denda RMB 80.000 atau setara Rp 160 juta bila sang istri mengandung anak kedua. Namun bagi pasangan yang tinggal di kota besar dan biaya hidup super mahal seperti Beijing dan Shanghai, Two Child Policy tak langsung membuat mereka tertarik.
Mereka tak hanya memikirkan lucunya si buah hati melainkan juga mempertimbangkan biaya membesarkan sang anak seperti kesehatan, mempekerjakan babysitter, hingga rencana pendidikan anak. Jangan dipikir biaya hidup di China murah lho, khususnya hidup di kota-kota besar. Pada tahun 2016, Beijing dan Shanghai masuk 10 besar kota di dunia dengan biaya hidup tertinggi.
Apa Dampaknya ke Ekonomi China?
Meningkatnya populasi, tentunya bisa meningkatkan angka konsumsi di dalam negeri China. Dampak dari konsumsi tentunya besar karena bisa mendorong roda-roda ekonomi. Ini karena masyarakat, paling tidak, butuh makan. Dalam teori Aggregate Demand, IS-LM Model, angka konsumsi dari penduduk bisa menggenjot gairah ekonomi atau lebih kerennya Gross Domestic Product (GDP).
Namun perlu dilihat juga, jumlah penduduk banyak bisa menjadi ‘nestapa’ bila lapangan kerja yang tersedia tak sebanding dengan jumlah penduduk siap kerja atau angkatan kerja. Angka konsumsi tentunya mengecil bila angka pengangguran bergerak tinggi.