Bandung -- Dunia pertelevisian dan radio di Indonesia saat ini didominasi oleh konten dewasa. Tayangan untuk anak-anak bahkan kini semakin berkurang dan dalam beberapa channel sudah tidak ada yang menampilkannya.
Media yang seharusnya juga dipergunakan untuk pendidikan, kini hanya dimanfaatkan untuk hiburan semata dan bahkan hanya untuk mengejar rating. Oknum pada media tersebut sering kali menampilkan adegan yang melanggar dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS).
Masyarakat Indonesia kini juga semakin melek mengenai permasalahan siaran yang ditampilkan. Mereka sering kali menggunakan media sosialnya untuk menginformasikan jika menemukan konten TV dan radio yang janggal dan melanggar.
Sayangnya, masyarakat Indonesia masih salah dalam penanganan konten yang bermasalah. Mereka juga masih belum paham bagaimana proses pengaduan konten siaran yang melanggar. Rupanya, kesalahan dalam penanganan tersebut membuat aduan yang diajukan sulit untuk ditindaklanjuti.
Achmad Basith selaku wakil ketua KPID Jawa Barat mengatakan bahwa seluruh masyarakat mempunyai hak untuk melaporkan siaran televisi dan radio baik berupa keluhan dan apresiasi. Untuk wilayah Jawa Barat sendiri, Basith mengatakan masyarakat bisa membuat laporan melalui telepon, whatsapp, instagram, twitter, facebook, surat secara resmi dan bahkan datang langsung. Namun dalam aduan tersebut harus memenuhi informasi yang detail agar ditindak lanjuti.
Lalu data apa saja yang harus diinput ketika membuat laporan? Berikut informasinya.
1.Nama lembaga penyiaran
2.Nama program
3.Waktu penayangan
4.Alasan pelanggaran
5.Nama pelapor
6.Alamat pelapor
KPI Gak Becus Kerja? Ini Kata KPID Jawa Barat
Data tersebut harus diisi secara lengkap agar memudahkan lembaga pemantau siaran untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut. Basith mengatakan bahwa data pribadi pelapor akan dilindungi dan dijaga kerahasiaannya.
"Kami pastikan akan dilindungi kerahasiaannya, tapi untuk detail program, kemudian mata acara, dan stasiun siaran disampaikan, agar kami bisa mengecek dengan presisi," ungkap Basith.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H