Baru-baru ini saya berselisih pendapat dengan suamiku. Suamiku ingin agar anak lelaki kami ikut karate dengan alasan agar dia bisa menjadi anak yang kuat sehingga mempunyai rasa percaya diri dan juga bisa membela dirinya sendiri terhadap orang-orang/teman yang mengganggunya. Namun aku lebih menyukai anakku apa adanya atau "lemah", kenapa??
Baru-baru ini , teman sekolah sepupuku yang masih sekolah kelas 8 atau 2 SMP di rampas HPnya di jalanan. Meski dia hanyalah seorang remaja wanita tetapi dia berani melawan perampas itu karena mempunyai kemampuan karate. Namun sungguh tak terduga, teman dari perampas itu datang dan menusuknya dengan pisau sehingga akhirnya dia meninggal dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Betapa sedihnya hati orang tua, terlebih lagi karena dia adalah seorang anak tunggal.
Dilain waktu, ketika aku sedang menyetir motor sendirian dari rumah menuju ke toko suamiku, di tangan kiriku aku memegang tas kecil dan juga setir motor. Di dalam tas itu terdapat HP, kamera digital serta surat-surat penting seperti SIM, KTP, STNK dan juga sedikit uang. Pada saat itu, aku sempat mengejar penjahat itu sambil berteriak minta tolong, tapi tak ada seorangpun dari banyak orang di jalan raya yang mau menolongku. Sebenarnya aku bisa mengejarnya, di sebuah setopan lampu merah saat dia berhenti, aku sempat menegurnya "hai, kau ya yang merampas tasku?" namun dijawabnya "bukan, siapa yang rampas". Ketika lampu berubah hijau, dia melarikan motornya kencang-kencang dan menghilang daripadaku. Aku hanya bisa terdiam sesaat dan menyadari kebodohanku, kenapa aku tidak berusaha mengingat plat nomornya. Akhirnya akupun kembali ke toko dan menceritakan semuanya ke suamiku kemudian pulang kerumah dan menangis di tempat tidur.
Sebenarnya aku bisa mengiklaskan semua barang2 itu dan hal itupun terjadi karena kebodohanku namun ada satu hal yang tak bisa aku terima, foto2 ultah anakku di kamera yg belum sempat aku cetakkan. Suatu momen yang tak akan pernah bisa diulang. Bahkan saat itu aku sempat marah pada Tuhan, "aku tau aku yang bodoh/teledor tapi kenapa Kau tidak melindungiku dan membiarkan semua itu terjadi, aku benci Kau Tuhan". Kira-kira 1 jam setelah kejadian itu, suamiku telpon ke rumah dan mengatakan kalau tetangga sebelah toko datang mengembalikan tasku yang ditemukannya tergeletak di bawah kolong mobil tak jauh dari tokonya dan isinya tak ada yang kurang. Wowww.. sungguh luar biasa.. Tuhan mengijinkan hal itu terjadi untuk mendidikku agar lebih berhati-hati. Ampuni aku ya Tuhan karena sempat mengatai Kau jahat.
Para sahabat, itulah sebabnya kenapa aku tidak ingin anakku ikut karate. Karena dengan mempunyai kemampuan untuk membela diri maka anakku akan LEBIH MENGANDALKAN kemampuan dirinya sendiri sehingga bisa membuat dia lupa bahwa ada tangan Tuhan yang jauh lebih kuat yang bisa melindungi dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H