Mohon tunggu...
Yulianita Abu Bakar
Yulianita Abu Bakar Mohon Tunggu... Guru - Guru

There are things more important than happiness (Imam Syamil's son)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langkah Baru di Ujung Jalan

3 Juli 2024   00:02 Diperbarui: 3 Juli 2024   02:46 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari pagi mulai menyinari kota, memancarkan kehangatan lembut yang membangunkan Dina dari tidur lelap nya. Ia menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang penuh dengan kenangan dan harapan. Hari ini adalah hari pertama Dina memulai hidup barunya, jauh dari hiruk-pikuk kota besar yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.
Setelah sepuluh tahun bekerja keras di sebuah perusahaan besar, Dina memutuskan untuk berhenti. Stres dan tekanan pekerjaan yang semakin besar membuatnya merasa kehilangan arah dan tujuan. Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, namun Dina merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk mengejar kebahagiaan yang sebenarnya.

Dina mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan apartemen kecil yang telah menjadi saksi bisu perjuangannya selama ini. Dengan perasaan campur aduk, ia memulai perjalanan menuju sebuah desa kecil di pinggir kota, tempat ia berencana untuk memulai lembaran baru dalam hidupnya.

Setibanya di desa, Dina disambut dengan pemandangan yang menyejukkan. Hamparan sawah hijau, udara segar, dan suasana tenang membuat hatinya merasa damai. Ia merasa seperti menemukan kembali bagian dari dirinya yang hilang.

Rumah kecil yang Dina sewa berada di tepi sungai, dengan halaman luas yang penuh dengan bunga-bunga berwarna-warni. Dina tersenyum, merasakan kebahagiaan sederhana yang telah lama dirindukannya. Ia mulai menata barang-barangnya, merapikan setiap sudut rumah dengan penuh semangat.

Hari-hari Dina di desa diisi dengan kegiatan yang berbeda dari sebelumnya. Ia bangun pagi untuk berkebun, menanam sayuran dan bunga. Di sore hari, ia berjalan-jalan di sekitar desa, berkenalan dengan para tetangga yang ramah dan hangat. Dina juga menghabiskan waktu untuk menulis, menumpahkan segala perasaan dan pemikirannya dalam bentuk kata-kata.

Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan di tepi sungai, Dina bertemu dengan seorang wanita tua bernama Ibu Sari. Ibu Sari adalah seorang penenun kain tradisional yang sangat terkenal di desa tersebut. Dina tertarik melihat keindahan kain-kain yang ditenun oleh Ibu Sari dan mulai belajar menenun darinya.

"Dina, hidup ini seperti menenun kain," kata Ibu Sari suatu hari. "Setiap benang yang kita pilih, setiap pola yang kita buat, semuanya mencerminkan perjalanan hidup kita. Tidak selalu mudah, tapi jika kita sabar dan tekun, hasilnya akan indah."

Kata-kata Ibu Sari menginspirasi Dina. Ia mulai menyadari bahwa hidupnya yang penuh dengan tekanan dan stres di kota besar adalah bagian dari perjalanan hidupnya. Sekarang, di desa kecil ini, ia menemukan kesempatan untuk menenun pola baru dalam hidupnya.

Minggu demi minggu berlalu, dan Dina semakin merasa damai dengan kehidupannya yang baru. Ia belajar untuk menerima masa lalu dan berdamai dengan keadaan. Setiap langkah yang diambilnya di desa ini adalah langkah menuju kebahagiaan yang sejati.

Suatu pagi, ketika matahari mulai terbit di ufuk timur, Dina berdiri di depan rumahnya, menatap pemandangan indah di sekitarnya. Ia tersenyum, merasa bersyukur atas keputusan yang telah diambilnya.

"Ini adalah langkah baru di ujung jalan," bisik Dina pada dirinya sendiri. "Dan aku siap untuk menjalani setiap langkah dengan penuh harapan dan cinta."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun