Pada awal abad ke-8, di tengah gurun Mesopotamia yang tandus, berdiri sebuah kota yang menjadi simbol peradaban dan kemajuan: Baghdad. Didirikan oleh Khalifah Abbasiyah, Al-Mansur, kota ini tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia Islam. Inilah kisah bagaimana Baghdad menjadi matahari yang menyinari dunia dengan ilmu dan kebijaksanaan.
Ketika Al-Mansur memutuskan untuk mendirikan ibu kota baru, dia memilih lokasi strategis di tepi Sungai Tigris. Dengan rencana arsitektur yang matang, kota ini dirancang berbentuk lingkaran dengan istana khalifah dan masjid agung di tengahnya, melambangkan kesatuan kekuasaan dan agama. Jalan-jalan radial menghubungkan pusat kota dengan gerbang-gerbang besar, memudahkan akses dan perdagangan.
Namun, kejayaan Baghdad tidak hanya terletak pada keindahan arsitekturnya. Pada masa pemerintahan Harun al-Rashid (786-809 M), kota ini mencapai puncak keemasannya. Khalifah Harun al-Rashid sangat menghargai ilmu pengetahuan dan mengundang para ilmuwan, filsuf, dan sarjana dari berbagai penjuru dunia untuk datang ke Baghdad. Inilah masa ketika "Bait al-Hikmah" atau "Rumah Kebijaksanaan" didirikan.
Bait al-Hikmah adalah sebuah lembaga yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, dan pusat penerjemahan. Di sinilah karya-karya besar dari Yunani, Persia, India, dan Tiongkok diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Para ilmuwan Muslim tidak hanya menerjemahkan teks-teks ini, tetapi juga mengembangkan dan memperluas pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat.
Salah satu tokoh terkemuka di Baghdad adalah Al-Khawarizmi, seorang matematikawan dan astronom yang terkenal. Dia menulis "Kitab al-Jabr wa-l-Muqabala", yang menjadi dasar bagi aljabar modern. Selain itu, karyanya dalam bidang astronomi dan geografi memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman dunia pada zamannya.
Baghdad juga menjadi rumah bagi banyak dokter terkenal seperti Al-Razi, yang dikenal di Barat sebagai Rhazes. Dia menulis banyak karya penting tentang kedokteran dan menjadi pionir dalam bidang pediatri dan bedah. Karyanya, "Al-Hawi", adalah ensiklopedia kedokteran yang menjadi referensi utama di Eropa selama berabad-abad.
Di bidang filsafat, nama Ibn Sina, atau Avicenna, tidak bisa diabaikan. Meskipun dia lahir di Persia, karyanya "Al-Qanun fi al-Tibb" atau "The Canon of Medicine" banyak dipelajari dan disebarkan di Baghdad. Dia juga menulis banyak karya tentang logika, etika, dan metafis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H