Mohon tunggu...
Yulianita Abu Bakar
Yulianita Abu Bakar Mohon Tunggu... Guru - Guru

There are things more important than happiness (Imam Syamil's son)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terimalah Realita Agar Hati Tenang

30 Maret 2024   04:19 Diperbarui: 30 Maret 2024   13:29 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku selalu gugup hanya dengan melihat bos melintas. Dan sekarang ia meminta ku untuk mengambil kopi dan mengantar ke mejanya. Berulang kali aku mencoba menenangkan diri, "Bernapas, bernapas, tarik napas, you will be okay" Setelah memeriksa kemeja, jas dan penampilan ku kembali. Aku menuju kantor nya, mengetuk pintu, dan masuk.

Setelah aku meletakkan kopi, dia menanyakan apakah aku sudah memeriksa dokumen-dokumen? Lalu memastikan jam berapa dia bisa melihat hasil kerjaku. Setelah mendapat jawaban dari ku dia mengizinkan aku kembali ke meja. Di sini aku membatin, "ternyata dia tidak seram, mengapa 4 bulan ini aku takut padanya? Aku bahkan pernah tidak bisa tidur setelah dimarahi karena kerjaku lambat".

Orang- orang yang insecure, memang selalu punya prasangka, ragu-ragu, salah ini salah itu, tidak maksimal dalam apa pun. Dan sering kena sembur karena tidak becus.
Seperti aku sekarang ini yang sedang duduk menangisi diriku yang sial. Steak yang terhidang di meja untuk lunch yang seharusnya ku nikmati. Tidak enak lagi. Semua perasaan senang tadi pagi telah sirna setelah aku di marahi bos.

Ku ambil handphone yang berdering. "Mr. Farhan"
Ku letakkan kembali handphone ke dalam tas. Aku tidak ingin bertemu Farhan.
(Handphone berdering kembali) Ku periksa siapa lagi yang menelepon. " Ibrahim".

Tidak lama setelah percakapan kami di telepon, Ibrahim sudah ada di hadapanku. Dia menanyakan apakah aku ingin menambah makanan atau minuman atau camilan, setelah dia memesan steak yang sama dengan yang aku makan. Aku menolak dengan halus dan mengucapkan terima kasih.

"Aku minta maaf atas kejadian kemarin"
"Aku maafkan"
jawabku singkat. Dia tersenyum.
"Bisa kah kita langsung saja? Apa yang bisa saya bantu"
"Bos ku Mr. Farhan yang meminta ku untuk menemui nona Sarah"

Aku terdiam, mataku tidak berkedip, aku terkejut dan aku tidak bisa menyembunyikannya. Ternyata Ibrahim adalah bawahan dari Farhan. Aku pasti tidak bersedia bertemu bila aku tahu dia bekerja untuk Farhan.

"Ok, so?"
" Mr. Farhan membutuhkan pengacara yang handal untuk menyelesaikan kasus paman nya, Mr. Omair Chaudry. Beliau ingat bahwa anda adalah teman lamanya yang bekerja di kantor Mr. Bao-yu. Dia ingin memastikan apakah Firma anda mau menangani kasus ini"
Aku diam sesaat, dan setelah waiter pergi aku menjawab dengan tenang.
"Aku baru memeriksa dokumen Mr. Omair pagi ini. Akan aku beri jawaban besok"
"Baik, terima kasih nona Sarah"
Ibrahim tersenyum penuh harapan.
Aku melirik jam tanganku, dan segera meminta pergi duluan. Aku tidak bisa berpikir lain hal selain ingin buru-buru pergi dari sini.

Di dalam taxi aku menangis, tidak perduli pak sopir memperhatikan ku. Aku hanya ingin menangis. Aku pikir Farhan ingin kembali padaku. Membungkuk untuk memohon dimaafkan dan menerima dia kembali. Lalu kami bertunangan kembali dan menikah. Mengapa aku senaif ini? Mengapa tolol tidak mau pergi dariku? Dan pintar ku tidak bertambah sedikit? Sehingga aku tidak terlihat konyol, setidaknya di hadapan diriku sendiri.
Aku meringkuk, Menangis sesenggukan. Memeluk diriku sendiri.

Aku kembali ke kantor dengan suasana hati yang buruk. Sebelum aku menuju ruangan. Aku berbelok ke dapur kantor, mengambil segelas kopi. Duduk di meja paling pojok. Aku butuh waktu sendiri.
"Aku perlu tenang, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Aku akan menikmati kopi ini. Dan setelahnya aku siap melanjutkan menyelesaikan pekerjaanku." (Aku berbicara pada diriku sendiri)

Ku ambil buku jurnal harian.
"Hi Sarah! maaf hari ini tidak berjalan sesuai dengan harapan mu. Tugas mu tidak sesuai harapan bos, prasangka-prasangka mu terhadap pesan-pesan Farhan beberapa hari ini juga sudah ter jawab. Terimalah realita agar kamu tidak kecewa. Terima lah kenyataan dengan begitu kamu akan tenang. "

Buku itu ku masukkan kembali ke dalam tas. Ku ambil napas, bernapas, bernapas, bernapas...
Aku bangkit dan mengembalikan cangkir kopi ke tempatnya. Aku berbelok ke ruang ganti wanita untuk memeriksa penampilan ku dan melangkah ke ruang kerja dengan semangat baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun