Di pesisir pantai yang tenang, terhampar sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan mangrove yang subur. Di sana, hiduplah seorang petani mangrove bernama Bambang. Bambang adalah sosok yang rendah hati namun penuh semangat untuk melestarikan lingkungan sekitarnya. Kehidupannya tidak pernah lepas dari hutan bakau yang menjadi sumber mata pencaharian.
Pagi itu, Bambang seperti biasa sudah bersiap-siap untuk pergi ke hutan mangrove. Sejak kecil, dia telah belajar betapa pentingnya menjaga lingkungan alam. Ayahnya, seorang nelayan, selalu menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap alam kepadanya. Sejak saat itu, Bambang bertekad untuk menjadi pelindung alam di desanya.
Saat memasuki hutan mangrove, Bambang segera merasakan udara segar yang mengalir di antara rimbunan pohon bakau. Di sana, dia melihat banyak sampah-sampah plastik yang terbawa oleh arus laut. Ini adalah pemandangan yang sudah biasa baginya, namun tetap membuat hatinya sedih.
Seperti biasa, Bambang mengumpulkan sampah-sampah plastik yang terjangkau tangan nya. Awalnya hanya bisikan perasaan. Lalu, menjadi rutinitas. Membersihkan hutan mangrove dari sampah-sampah yang mencemari lingkungannya. Meski pun terkadang merasa putus asa karena melihat betapa banyaknya sampah yang terus bertambah, Bambang masih tetap melakukannya.
Suatu hari, ketika sedang membersihkan hutan mangrove, Bambang menemukan sebuah botol plastik yang berisi secarik kertas. Dengan penuh rasa ingin tahu, dia membuka botol tersebut dan membaca isi kertas nya.Â
Ternyata, itu adalah surat dari seorang anak perempuan yang tinggal di kota besar. Dalam surat itu, si anak menulis betapa dia khawatir dengan kondisi lingkungan dan meminta bantuan kepada siapa pun yang menemukan surat tersebut untuk membantu membersihkan lingkungan.
Surat itu membuat Bambang tersentuh. Dia menyadari betapa pentingnya peran setiap individu dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ini menjadi semangat baru, Bambang memutuskan untuk tidak hanya membersihkan hutan mangrove, tapi juga untuk melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat sekitar untuk peduli terhadap lingkungan.
Dengan bantuan beberapa beberapa saudara, serta temannya, Bambang mulai mengadakan kegiatan-kegiatan sosial seperti pembersihan pantai, penyuluhan tentang pentingnya daur ulang, dan kampanye anti-sampah plastik. Usahanya mulai membuahkan hasil. Semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, dan semakin sedikit sampah yang terbuang di hutan mangrove.
Namun, tantangan tidak pernah berhenti datang. Suatu hari, sebuah perusahaan besar datang ke desa mereka dengan rencana untuk membangun pabrik di tepi pantai. Rencana ini membuat Bambang dan warga desa lainnya khawatir akan dampaknya terhadap lingkungan.
Bambang tidak tinggal diam. Dia memimpin perlawanan terhadap rencana pembangunan pabrik tersebut. Bersama dengan warga desa, dia mengumpulkan bukti-bukti tentang dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh pabrik tersebut, baik terhadap hutan mangrove maupun kehidupan masyarakat lokal.
Mereka juga mengajukan petisi kepada pemerintah setempat, meminta mereka untuk mempertimbangkan ulang izin pembangunan pabrik tersebut. Meski pun awalnya bertemu dengan banyak hambatan dan tantangan, namun Bambang dan warga desa tidak menyerah. Mereka terus berjuang dengan keyakinan bahwa mereka melakukan hal yang benar untuk melindungi lingkungan dan masa depan anak cucu mereka.