"Kapan kamu rencana mulai bekerja? Kamu tidak  harus buru-buru. Aku bertanya ini sekarang hanya karena ingin tahu rencanamu."
"Bagaimana bila empat hari dari sekarang? Hari Senin."
"Apa itu tidak terlalu cepat? Mungkin kamu ingin berjalan-jalan untuk melihat keindahan Maldives."
"Aku bisa berkeliling di akhir pekan denganmu dan kita punya banyak waktu untuk itu"
"Kamu terlihat sangat yakin ingin segera bekerja"
"Aku belum pernah bekerja, memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri adalah keinginanku sejak aku meninggalkan universitas."
"Aku senang mendengarnya, kau sangat antusias." Nasr menyentuh tangan Kaira, gadis muda itu tersipu.
Setelah Kaira menghabiskan dessert, Nasr mengajak Kaira kembali ke flat. Tentu saja Kaira segera menyetujui. Dia tidak menyadari bahwa dirinya hari ini telah tersihir oleh kebaikan Nasr, semua hanya ada kata 'Ya', berbeda dengan Kaira yang kemarin di kampung, banyak membantah, membantah guru, membantah saudara, sahabatnya,bahkan pada orangtuanya sendiri.
Hari demi hari berjalan dengan sangat menyenangkan bagi Kaira.. Tempat tinggal yang nyaman, memiliki penghasilan sendiri. Setiap hari bertemu orang baru karena Nasr menempatkan Kaira di salah satu restauran miliknya. Ia juga punya banyak teman dan di hormati.
Setahun berlalu dan pada akhirnya tiba waktu bagi Nasr untuk meminta balasan atas semua yang telah dia berikan selama ini. Di malam tahun baru, Nasr mengajak Kaira ke tempat special. Kaira sebenarnya sedang tidak ingin kemana-mana. Dia sedang tidak ingin mendapat kejutan apapun. Hatinya sedang sangat gundah.
Tapi dia tidak bisa menolak ajakan Nasr. Apa lagi di sore harinya seorang kurir mengetuk pintu flatnya dan memberikan sebuah paket. Saat Kaira membuka paket yang dikirimkan oleh Nasr, isinya gaun yang sangat indah. Hati Kaira berdebar, senang sekaligus takut. Senang karena gaun itu indah dan tentunya mahal. Takut karena Kaira tidak mengerti maksud hati Nasr. Sepucuk surat dengan pesan "Kau pasti akan terlihat sangat cantik dengan gaun ini. Selamat Tahun Baru dan sampai bertemu nanti malam."
Tepat pada jam 12.00 di saat kembang bunga api berwarna warni menghias langit Maldives dan suara terompet tahun baru. Nasr berlutut di hadapan Kaira dan melamarnya. Kaira terperanjak. Tangannya sampai menyenggol gelas di depannya. Matanya terbelalak memandang cincin berlian di tangan Nasr.Â
Cincin itu sangat indah dan Kaira sangat ingin memilikinya. Tapi hatinya, cintanya, tidak untuk Nasr. Kaira diam, diambilnya cincin itu. Matanya tidak berani menatap Nasr. Kaira memasukkan cincin itu ke jari manisnya, 'cincin itu sangat indah di  jarinya. Ditatapnya cincin itu sesaat. 'Indah sekali', bisik hati Kaira. Tapi Kaira buru-buru melepasnya kembali, lalu menyerahkan pada Nasr. Tidak ada satu pun kata yang terucap dari bibirnya. Kaira bangkit dari kursinya, menyambar Tas Loius Vitton, berlari menuju pintu tanpa memperdulikan pelayan yang berdiri di sana.
 Nasr yang masih duduk bersimpuh, diam menatap tubuh Kaira yang pergi tanpa menoleh padanya. Hatinya hancur. Matanya kosong. Nasr merasa telah dicampakkan dan tertipu oleh sikap manis Kaira padanya, selama setahun ini.
Nasr bangkit dan berjalan ke sudut ruangan. Lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa di private room itu Nasr. Dengan kasar dia menyuruh pelayan keluar. Matanya menatap langit-langit ruangan itu, lalu berteriak seperti kerasukan roh jahat.
Nasr tidak memaki diri sendiri atas kebodohannya. Dia memaki Kaira. Memaki perempuan yang selama ini dia perlakukan dengan sangat baik. Perempuan yang baru saja menolaknya, perempuan yang sudah menghilang setengah jam yang lalu.
Â
                              Â
                                                              Selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H