Mohon tunggu...
Ai Yulianisa
Ai Yulianisa Mohon Tunggu... -

\r\nPlegmatis, Dreamer, Thinker

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerdas Mendengarkan Musik

19 September 2012   08:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:14 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang tak kenal musik? Tentu Kompasianers senang kan mendengarkan musik? Musik memang dapat mencerminkan perasaan atau kondisi seseorang, apakah itu sedang marah, kesal, bahagia, bersemangat, atau sedih. Semua orang pasti senang musik. Walaupun dengan gendre yang berbeda.

Banyak orang mengatakan, bahwa musik dapat mengusir pikiran negatif, membebaskan perasaan, dan yang terpenting musik telah mewarnai keberadaban umat manusia di dunia. Meskipun begitu kita tidak boleh lupa, bahwa setiap hal ada sisi positif dan negatifnya. Tentu kita harus pandai dalam memilih musik yang akan kita dengarkan. Karena tidak semua musik dapat mengusir pikiran negatif, loh. Kalau kita sedang bete, kebanyakan dari kita senang mendengarkan musik rock yang nadanya keras. Memang sih, bisa buat melampiaskan rasa bete atau kekesalan kita. Tapi, musik tersebut bisa membuat detak jantung kita berdebar lebih kencang. Padahal dalam keadaan bete, detak jantung kita sudah cukup kencang. Biar jantung kita tetap normal, sebaiknya kita mendengarkan musik dengan beat yang sesuai dengan detak jantung normal, antara 70-80 denyut per menit.

Nah, kalau kita lagi suntuk berat, nggak mood ngapa-ngapain, misalnya yang lagi nungguin hasil kelulusan Ujian, it's time to rock you. Sebaiknya kita pilih lagu yang bisa membangkitkan semangat dan menaikkan adrenalin.

Kalau yang ini pasti sering dong? Pernah kepikiran dengerin lagu cengeng kalau lagi sedih? Memang sih lagu tersebut kerasa "gua banget" kalau kondisi yang diceritakan sama dengan keadaan kita. Tapi terkadang lagu seperti itu membuat kita terlarut dalam kesedihan. Hati-hati!! Ada fenomena buruk di negara kita, terutama generasi muda saat ini. Mereka "demen" sekali mendengarkan lagu-lagu dengan syair dan nada cengeng. Padahal di era Harmoko, bahkan bung Karno juga, lagu-lagu cengeng sempat dilarang, apalagi yang datangnya dari Malaysia (tentu tidak semua). Entah apa yang merasuk ke generasi muda kita, hingga racun-racun itu diputarkan kembali. (The Power of Kepepet)

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan agar lagu-lagu cengeng/loyo tersebut tidak terlalu mempengaruhi kita. Dengan mengurangi frekuensi untuk mendengar lagu-lagu cengeng, diharapkan hidup kita akan tambah bergairah.

Secara ilmiah, mendengarkan lagu-lagu "loyo" tersebut dapat mengurangi produksi hormon serotonin dalam otak kita, sehingga mengakibatkan diri kita menjadi sedih dan membuat kita depresi. Akibatnya hidup menjadi tidak bersemangat, gampang letih, lesu, loyo. Jadi kita harus selektif dalam mendengarkan lagu.

Adapun lagu yang paling baik didengarkan pada waktu belajar yaitu lagi klasik. Secara ilmiah, dengan mendengarkan lagu klasik dapat meningkatkan kecerdasan pada otak seseorang. Hebat kan? Bukannya lagu cadas/rock yang diputar dengan volum maksimal. Semoga ulasan tentang musik tersebut dapat menambah wawasan Kompasianers dan menjadikan kita manusia yang antusias dan penuh semangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun