Mohon tunggu...
Yuli Angga Setyani
Yuli Angga Setyani Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN Sidodadi 1

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Penanaman Karakter Pada Siswa

10 Juni 2024   08:51 Diperbarui: 10 Juni 2024   08:56 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini sangat sering sekali mendengar kabar yang tidak enak diluaran sana tentang perilaku siswa. Entah ada siswa yang memukul temannya, ada siswa yang berbicara dengan gurunya dengan nada tinggi, siswa yang berbuat tidak pantas dengan temannya , bullying dan masih banyak lagi. Dengan adanya berita seperti itu tentu saja penanaman karakter pada siswa sangatlah diperlukan.

Apa itu Karakter?

Karakter adalah tingkah laku yang melekat kepada individu. Karakter mengacu kepada nilai dan sikap yang mempengaruhi perilaku siswa serta interaksinya dengan lingkungan dan orang lain. Karakter mencerminkan etika dan identitas pribadi siswa. Sifat ini dapat menyikapi dalam berbagai tindakan dan keputusan di dalam beragamnya situasi.

Pembentukan Karakter adalah proses yang panjang dan berkelanjutan dimulai dari sedini mungkin. Proses pembentukan karakter ini melibatkan interaksi antara faktor internal dan eksternal yang membentuk sikap dan nilai dari siswa. Beberapa cara dalam membentuk karakter sebagai berikut:

  1. Kebiasaan
  2. Interaksi Sosial
  3. Pendidikan Formal dan Nonformal
  4. Pemahaman Akhlak dan Etika
  5. Pemahaman Nilai-Nilai 

Peran Guru dalam Membentuk Karakter Siswa melalui Pendidikan Karakter di Sekolah

Pendidikan karakter adalah upaya yang sengaja dirancang untuk membangun dan mengembangkan nilai-nilai moral dan perilaku yang baik yang dapat diterima di semua budaya (Character Education Partnership, 2010).

Peran guru dalam membentuk karakter siswa adalah salah satu aspek penting dalam Pendidikan. Guru bukan hanya mengajar mata pelajaran, namun juga berperan sebagai pembimbing moral bagi peserta didik. Tindakan dan perilaku guru dapat menjadi contoh bagi peserta didik dalam membentuk sikap dan perilaku mereka.

Pada dasarnya, pendidikan kognitif terfokus pada pengembangan kemampuan intelektual siswa seperti pelajaran dalam bidang sains, matematika, bahasa, dan seni. 

Dengan pendidikan kognitif, para pelajar diajarkan untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan yang mendalam di berbagai bidang. Pendidikan kognitif sangat penting untuk meraih kesuksesan dalam dunia modern yang kompetitif. 

Namun, tanpa adanya karakter yang kuat, kecerdasan kognitif saja tidak cukup untuk membentuk individu yang bertanggung jawab dan etis. Pendidikan berkarakter ini terfokus pada pengembangan nilai-nilai moral, etika, dan perilaku yang baik. 

Dengan adanya pendidikan ini akan mengajarkan siswa tentang kejujuran, tanggung jawab, empati, kerja sama, dan rasa hormat terhadap orang lain. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam pendidikan, para pelajar dapat menjadi individu yang cerdas dan juga memiliki integritas dan budi pekerti yang baik.

Pendidikan berkarakter membantu para siswa memahami pentingnya bertindak dengan integritas dan menghargai orang lain. Misalnya, seorang siswa yang diajarkan tentang pentingnya kejujuran sejak dini cenderung akan tumbuh menjadi individu yang jujur dalam kehidupannya. 

Begitu juga dengan nilai-nilai lain seperti tanggung jawab dan empati. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan lebih cenderung untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. Dengan rasa empati akan membantu siswa untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain, yang pada akhirnya akan membentuk mereka menjadi individu yang peduli dan penuh kasih. 

Ketika pendidikan berkarakter diintegrasikan dengan pendidikan kognitif, hasilnya adalah individu yang tidak hanya pintar tetapi juga bermoral. Kombinasi ini sangat penting dalam membentuk masyarakat yang harmonis dan beradab. Sebagai contoh, seorang dokter yang memiliki pengetahuan medis yang luas tetapi tidak memiliki rasa empati dan tanggung jawab mungkin tidak akan mampu memberikan perawatan yang terbaik kepada pasiennya. 

Sebaliknya, seorang dokter yang memiliki pengetahuan medis yang baik serta nilai-nilai moral yang kuat akan lebih cenderung untuk memberikan perawatan yang manusiawi dan penuh kasih.

Berikut ini beberapa strategi dalam membantu menumbuhkan dan membentuk karakter siswa:

  • Memberikan pembelajaran nilai-nilai karakter dalam pelajaran sehari-hari
  • Menciptakan lingkungan kelas yang mendorong kerja sama, komunikasi, dan penghargaan terhadap siswa
  • Memberikan respon atau masukan yang positif kepada perilaku siswa.
  • Memberikan pembelajaran mengenai sikap dan tindakan yang baik
  • Menjelaskan pentingnya memahami perspektif yang berbeda
  • Memberikan edukasi mengenai pemahaman tentang suatu budaya dan latar belakangnya, toleransi, dan mengurangi prasangka terhadap sesuatu
  • Mengajarkan siswa untuk bekerja dalam tim yang memerlukan kerja sama, komunikasi, dan pembagian tanggung jawab

Peran Orang tua dalam Membentuk Karakter Siswa

Orang tua juga memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan berkarakter. Mereka adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka, dan nilai-nilai yang mereka tanamkan di rumah akan sangat mempengaruhi perkembangan karakter anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk bekerja sama dengan sekolah dan guru untuk memastikan bahwa pendidikan berkarakter dapat diterapkan secara konsisten di rumah dan di sekolah.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk membangun karakter positif anak dengan baik, yaitu :

1. Memberi Penjelasan tentang Karakter Positif

Di samping mengajarkan kebaikan, orang tua juga perlu menjelaskan kepada anak agar mereka mengerti pentingnya berperilaku baik. Misalnya, mengapa kita sebaiknya menyapa dan tersenyum ketika bertemu orang lain, atau mengapa kita tidak boleh mengambil barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya. Berikan penjelasan kepada anak agar mereka tidak melihat perintah atau larangan sebagai paksaan.

2. Melakukan Pengulangan dan Peringatan

Menanamkan karakter positif di dalam diri anak tidaklah mudah. Pendidikan karakter harus diajarkan terus menerus agar menjadi kebiasaan. Butuh kesabaran dan ketelatenan orang tua dalam membimbing dan memberikan contoh agar karakter anak bisa terbentuk dengan sangat baik. 

Bahkan, pekerjaan ini juga bisa terus berlanjut sesuai dengan bertambahnya usia anak. Mendidik anak TK dengan anak yang mulai remaja tentu berbeda, orang tua harus mengupdate informasi berkaitan dengan pendidikan anak dan menerapkannya secara berkesinambungan.

3. Memberikan Koreksi

Ketika anak melakukan hal yang tidak baik, orang tua sebaiknya tidak memarahi anak melainkan mengoreksi anak dengan cara menunjukkan kepadanya bagaimana perilaku yang benar. 

Misalnya ketika anak merebut mainan temannya, kita bisa mengingatkan kepada anak bahwa perbuatan tersebut tidak baik, kemudian mencontohkan cara meminta izin yang sopan. Dengan demikian, anak tidak merasa hanya disalahkan tetapi mereka juga akan mengerti perilaku apa yang seharusnya dilakukan.

4. Konsisten

Dalam mendidik anak agar mempunyai karakter positif, orang tua juga harus mempunyai sikap sesuai dengan yang diajarkan. Kekonsistenan juga harus didukung oleh semua pihak yang terlibat dalam mendidik anak. Misalnya jika ibu melarang A, sebaiknya ayah juga melakukan hal yang sama, sehingga anak tidak merasa ada standar ganda yang membingungkan.

5. Mengikuti Perkembangan Zaman

Di Zaman generasi z saat ini, peran orang tua dalam mengikuti perkembangan zaman sangatlah diperlukan, Mengapa? Dengan mengikuti perkembangan zaman yang makin hari makin maju menuntut orang tua harus banyak belajar, agar anak tidak terpengaruh atau masuk ke dalam hal-hal yang bersifat negatif. 

Selain itu cara mendidik anak yang mengikuti zaman sepertinya efektif untuk saat ini, karena cara mendidik anak di zaman dahulu dan sekarang sangatlah berbeda. Maka dari itu orang tua diharapkan untuk banyak belajar dan mencari tahu tentang cara pembentuk karakter anak yang baik, agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

6. Selalu Mendukung Anak

Dalam membangun karakter anak, Orang tua yang selalu mendukung anak merupakan bagian terpenting dalam proses tumbuh kembang anak, hal ini dikarenakan anak sangat membutuhkan dukungan dari orang tua, dengan adanya dukungan dari orang tua membuat anak menjadi percaya diri dan tidak merendahkan dirinya. 

Karena pada zaman sekarang banyak orang tua yang masih tidak mau mendukung anaknya untuk melakukan sesuatu dan membuat mental anak down, padahal dukungan dari orang tua adalah hal berharga bagi anak, dengan diberinya dukungan dapat membuat mental anak kuat dan pantang menyerah bahkan membuat anak lebih percaya diri untuk melakukan sesuatu.

7. Jangan Membatasi Aktivitas Anak

Membatasi aktivitas anak merupakan salah satu kesalahan orang tua yang cukup fatal, Karena dengan membatasi segala aktivitas anak membuat anak sulit untuk beradaptasi diri terhadap lingkungan. Hal ini dapat mengganggu membangun karakter anak, dan anak bisa memiliki perilaku introvert apabila segala aktivitasnya dibatasi dan dilarang. 

Seperti "Kamu di rumah aja jangan ke mana-mana" atau "Ngapain kamu ikut acara begituan, udah di rumah aja". Hal-hal seperti inilah yang dapat membuat anak takut untuk melakukan aktivitas dan tidak bebas untuk mengeksplorasi dunianya. 

Sebagai orang tua seharusnya kita membebaskan anak untuk melakukan apapun yang dia inginkan, namun dengan masih dalam pengawasan atau pantauan orang tua. Selama hal itu masih bersifat positif dan tidak membahayakan dirinya dalam mengekspresikan diri terhadap lingkungan. Dan memilih lingkungan mana yang positif dan lingkungan mana yang negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun