Historiografi Indonesia dalam sejarahnya, telah melalui proses perjalanan yang sangat panjang. Dari zaman Hindu-Buddha hingga saat ini, terdapat corak tersendiri yang berorientasi pada kultur zamannya. Refleksi kultural dan kesadaran intelektual adalah faktor yang mempengaruhi corak Historiografi Indonesia. Dengan demikian, terdapat elemen-elemen kolektif yang menjadi stimulan perubahan historiografi dalam setiap zaman.
Penulisan historiografi Indonesia baru-baru ini memiliki beragam corak. Tidak hanya peristiwa konvensional seperti politik saja yang memiliki ruang dalam sejarah Indonesia, akan tetapi sosial, ekonomi dan budayanya juga. Jika dahulu peristiwa sejarah berkaitan dengan perang, pemberontakan, berorientasi pada penguasa[2] tetapi tidak dengan sekarang yang sifatnya lebih beragam dan mengangkat realitas kehidupan orang banyak. Penulisan historiografi yang semakin beragam tersebut bisa dikatakan sebagai proses intelektual generasi baru yang dipengaruhi elemen revolusi digital dewasa ini.
Revolusi digital yang sangat terasa sejak sepuluh tahun terakhir ini, mempengaruhi jiwa zaman dalam penulisan historiografi Indonesia. Proliferasi jaringan internet dan kuatnya dunia media sosial mempengaruhi minat sejarah yang tidak hanya bersifat edukatif dan informatif saja, tetapi menghadirkan sifat-sifat entertainment.Contohnya adalah film sejarah yang menggeliat akhir akhir ini seperti film Kartini, Guru Bangsa: Tjokroaminoto, Sang Pencerah, Di Balik 1998, dsb. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat memiliki minat terhadap media baru interpretasi sejarah.
Selain itu, dimensi sebagai tema penelitian sejarah semakin beragam bentuknya. Dalam beberapa skripsi Mahasiswa Sejarah saat ini terdapat beragam tema-tema menarik seputar kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak hanya berorientasi pada peristiwa politik dan peristiwa besar saja. Contohnya topik mengenai sejarah bakpia, pariwisata, kesenian, dan kehidupan sosial desa adalah suatu bentuk penulisan historigrafi yang diproduksi dominan oleh sejarawan generasi baru.
Historiografi Indonesia menjadi semakin mandiri dan tidak tergantung pada mazhab-mazhab tertentu.[3] Revolusi digital yang ditunggangi oleh proliferasi jaringan internet menghasilkan angin segar bagi historiografi Indonesia. Terdapat minat baru terhadap media intrepretasi sejarah dan juga terdapat minat baru terhadap dimensi sejarah seperti sosial, ekonomi, dan budaya sebagai realitas sejarah masyarakat Indonesia. Toh, bukankah seluruh aktivitas manusia dan elemen yang menunjangnya memiliki ruang sejarah ?
[2] Ivan Aulia Hasan dalam artikelhttps://tirto.id/historiografi-indonesia-di-tangan-sejarawan-milenial-cwla diakses tanggal 23 Oktober 2017 pukul 08.14.
[3] Ivan Aulia Hasan dalam artikelhttps://tirto.id/historiografi-indonesia-di-tangan-sejarawan-milenial-cwla diakses tanggal 23 Oktober 2017 pukul 18.14.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H