Mohon tunggu...
Olind Rivi
Olind Rivi Mohon Tunggu... Freelancer - Manggarai Barat - NTT

Congrats you found me :)

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Dari Kaesang dan Felicia Kita Belajar Mencintai Rasa Pahit

9 Maret 2021   14:22 Diperbarui: 9 Maret 2021   15:34 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini jagat maya kembali dihebohkan dengan beredarnya beberapa postingan di Instagram milik ibu dari Felicia dengan mengunggah foto wisuda putrinya Felicia bersama Kaesang yang di dampingi oleh bapak presiden Joko Widodo dan ibu Hj. Iriana Joko Widodo. Dalam foto tersebut ibu Felicia menyematkan sebuah caption yang panjang dan diduga sebagai bentuk kekecewaannya terhadap Kaesang Pangarep putra bungsu dari bapak presiden Jokowi, lantaran disebut-sebut sudah mengghosting putrinya Felicia dan menggandeng kekasih baru. Felicia dan Kaesang sudah menjalin hubungan asmara cukup lama selama 5 tahun, namun kini hubungan tersebut berakhir dengan kabar yang kurang mengenakan hati.

Dari masalah percintaan Kaesang dan Felicia kita bisa belajar pacaran lama tidak menjamin akan selalu beruntung dan berakhir dengan nasib percintaan yang baik.Takdir jodoh yang sudah ditetapkan oleh sang maha kuasa tidak peduli apa status sosialmu, seberapa lama kamu berpacaran, sesering apa menghabiskan waktu bersama, seyakin apa dengan pasangan, sesabar apa menghadapi masalah, sebesar apa pengorbanan yang sudah diberikan, sekuat apa menahan ego masing-masing, sebanyak apa janji-janji dan mimpi-mimpi yang mau diwujudkan bersama, sesering apa memamerkan di media sosial, dan sejauh apa keluarga dan teman-teman tau. Kalau sudah ditetapkan tidak berjodoh semua rasa cinta itu akan runtuh dan hilang juga. Sapa mo help ! (siapa yang mau bantu) wkwkw ini lirik lagu orang Flores e. 

Setiap persoalan yang terjadi selalu ada hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik. Ambil sisi positifnya walau tidak semudah membaca kata-kata dalam tulisan ini, namun harus pelan-pelan menyakinkan dan memantaskan diri untuk tidak boleh berlarut-larut dan tenggelam memikirkan masalah itu. Tidak hanya untuk masalah percintaan saja bahwa sesuatu yang buruk terjadi tidak selamanya memberikan hal buruk untuk hidup kita. Kalau merasa sudah banyak melakukan hal positif dalam menjalani hubungan tersebut, namun berakhir dengan rasa sakit hati, percayalah Tuhan sedang mempersiapkan seseorang yang memang pantas dan sepadan. 

Entah untuk kamu sendiri maupun untuk dia. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja. Hal ini bukan berarti setiap orang yang hadir membuka hatimu lalu menutup dengan rasa sakit hati tidak pantas untuk kamu. Sekali lagi saya katakan TIDAK selalu bermaksud seperti itu. Ada dua alasan positif yang harus disadari sepenuhnya yaitu bisa saja kamu tak cukup baik untuk menjadi pasangan hidupnya atau dia tak cukup baik untuk menjadi pasangan hidupmu kelak.

Baik dalam artian yang sangat luas, tidak melulu soal materi, sikap dan perhatian. Karena semua orang pasti menginginkan hubungan pacaran atau pernikahan yang awet, sefrekuensi, sepemikiran dan yang mau menahan ego masing-masing. Semua ada alasannya. Ciee sok bijak, pada hal hubungan sendiri saja berantakan. Eh malah curhat. Bercanda guys. Wwkwkwk

Sisi lain yang harus dipelajari dari rasa sakit hati adalah dengan merefleksi diri. Refleksi artinya mengevaluasi diri sepenuhnya hal apa saja yang sudah dilakukan dengan pasangan atau dengan siapa saja kita berhubungan sosial. Apakah yang sudah kita lakukan berkenan atau tidak dihati orang lain, suka atau tidak, pantas atau tidak, jujur atau tidak, bisa dipercaya atau tidak, dan masih banyak pertimbangan lainnya. Karena tidak semua yang menurut kita benar atau suka, belum tentu juga benar menurut orang lain. 

Jangan sampai karena salah sikap dan perbuatan itulah yang justru kita sendiri yang menjemput rasa sakit hati itu. Baiknya sama-sama intropeksi diri, saling berkomunikasi, terbuka, jangan egois, dan jangan terlalu cepat menilai diri sendiri paling benar dan paling banyak berkorban. Yang salah diperbaiki dan dikomunikasikan baik-baik serta ambil sisi positif dari setiap permasalahan yang terjadi. Yakin dan percaya sehabis hujan akan selalu mendatangkan cahaya dan pelangi yang indah.

Ohayy, di akhir kata mohon maaf tidak bermaksud menggurui atau sok tau. Hehehe untuk implementasinya pun, penulis masih terus belajar berpikir positif setiap masalah hidup yang terjadi, sebab butuh hati yang sangat besar sekali untuk bisa menelan rasa sakit kepada yang sudah melukai. Tapi tidak ada salahnya belajar berdamai dengan keadaan hati yang sudah patah kok. Ingat! Setiap hati yang patah akan tumbuh tunas-tunas baru yang jauh lebih berharga. 

AH MANTAP !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun