Mohon tunggu...
Yuliana Puspita
Yuliana Puspita Mohon Tunggu... Wiraswasta - Life Traveler

Menulis untuk diriku

Selanjutnya

Tutup

Atletik

Jatuh Cinta di Mandiri Jogja Marathon 2019

21 Mei 2019   23:57 Diperbarui: 22 Mei 2019   01:21 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://mandirimarathon.com 

Secara filosofi kita semua adalah seorang pelari. Karena hidup layaknya seperti sebuah ajang lari marathon, perjalanannya begitu melelahkan dan membutuhkan daya juang tinggi. Tiap tetes keringat yang keluar lebih bernilai dari sebutir berlian. Hanya saja jarak yang kita tempuh dalam perjalanan hidup ini terlalu sukar diukur oleh satuan hitung manapun. Maka dari itu dalam perjalanan hidup ini kita perlu pandai dalam mengatur ritme hidup supaya tidak terhenti di tengah perjalanan. Itulah sebuah makna dari sebuah cabang olahraga tertua di dunia, nilai yang terkandung dalam lari marathon dapat kita kupas dari sisi mana saja. 

Lari marathon termasuk cabang olahraga yang diminati orang banyak dari berbagai kalangan, terbukti setiap ada lomba lari marathon pesertanya selalu membeludak. Tahun ini di Indonesia ada beberapa ajang lari marathon yang diselenggarakan. Salah satu yang ditunggu adalah Mandiri Jogja Marathon 2019. Ini kali ke-3 Mandiri Marathon diadakan. Sesuai judul tahun ini, kali ini lomba diadakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Memulai start dan finish di kompleks Candi Prambanan, salah satu tempat bersejarah di Yogyakarta. Jumlah peserta yang mengikuti lomba mencapai 7.500 orang dari 11 negara. Walaupun Mandiri Marathon baru saja selesai dengan sempurna, tetapi perhelatan tahun ini menjadi sesuatu yang spesial di hati. Alasannya adalah karena Yogyakarta, kota dengan 1001 nama.

Para peserta disuguhi pemandangan alam berlainan yang terbentang sepanjang rute lari marathon. Dimulai dari pemandangan lapangan utama Roro Jonggrang, tempat lomba dimulai saat subuh. Ayam pun baru mulai berkokok saat itu. Udara yang dingin menyegarkan menemani para peserta memulai lomba. Secara bertahap peserta dilepas berurutan sesuai kategorinya, mulai dari Full Marathon 42K, Half Marathon 21K, 10K, dan 5K.  Setelah keluar dari kawasan Candi Prambanan menuju Dusun Klurak sampai Dusun Carikan di sisi jalur lari, para pelari sudah disuguhi oleh deretan sawah hijau lengkap dengan sisa embun pagi yang masih menetes. Rumah-rumah penduduk yang juga berderet di sisi yang lain dengan jalan yang tidak terlalu lebar tapi sudah beraspal membuat suasana desa semakin kental.

Di Dusun Ringinsari para peserta kembali bertemu deretan sawah hijau di kedua sisi jalur. Perjalanan di dusun ini diakhiri dengan sebuah kawasan kuliner untuk wisata yang terlihat asri bangunannya. Keluar dari Dusun Ringinsari para peserta dibawa sebentar ke jalan besar sepanjang lebih kurang 500 meter sebelum masuk kembali ke jalan pedesaan. Matahari yang sudah meninggi mengakibatkan suhu mulai terasa panas ditambah keringat yang bercucuran. Tapi suasana pedesaan dengan deretan rumah khas yang hanya bisa ditemui di pedesaan membuat hati terasa lebih adem. Ditambah sepanjang jalur para penduduk desa setempat ternyata ikut menyambut para peserta lari marathon di kedua sisi jalan. Tentu saja paduan semua ini menghasilkan sebuah senyuman lebar yang terlihat pada sebagian besar peserta lomba. Di daerah Tamanmartani banyak terlihat kebun jagung dan kebun sayur-sayuran. Ada juga beberapa kebun yang terlihat baru batang kayunya yang berjejer tertancap di kebunnya. 

Masuk Kilometer 37 para peserta disuguhi pemandangan indah candi-candi yang terkenal. Antara lain Candi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul. Sedangkan ketika berlanjut ke Kilometer 40, Candi Sewu dan Candi Bubrah menjadi santapan yang nikmat bagi mata yang merindukan keindahan peninggalan sejarah. Candi Lumbung juga bisa sedikit terlihat penampakannya. Pada akhir perjalanan para peserta kembali masuk ke kawasan Candi Prambanan, tempat di mana lomba dimulai.

Mandiri Jogja Marathon 2019 terasa seperti sedang tour of duty karena peserta keluar masuk dusun. Dan sejauh mata memandang selalu terlihat sawah hijau yang menyejukkan mata. Walaupun sebagian jalan di sepanjang jalur lari sudah beraspal tetapi kendaraan yang lalu lalang masih belum terlalu banyak. Tidak seperti di kawasan Kota Yogyakarta. Dan jangan dibandingkan dengan Ibukota Jakarta, sudah pasti jauh perbandingannya. Hal ini membuat para peserta dari kota-kota besar seperti Jakarta mendapat penyegaran mental dan spiritual. Aura positif yang didapat sepanjang jalur lari membuat Mandiri Jogja  Marathon 2019 terasa lebih dari sekedar lomba. Ini adalah paket paling komplit yang bisa didapat oleh para peserta untuk kesehatan fisik, mental, dan spiritual. Inilah mengapa Mandiri Jogja Marathon 2019 membuat semua peserta jatuh cinta. Betul, jatuh cinta kepada pada aneka ragam keindahan alam dan penduduk Yogyakarta. Terimakasih Yogyakarta yang telah berbagi keindahan dengan Mandiri Marathon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun