Dewasa ini banyak digalakkan kampanye kebudayaan indonesia. Kemajuan teknologi yang sangat pesat sangat mendukung kegiatan kampanye. Slogan “visit indonesia” kini napak di layar kaca dan media cetak.
Pelajar di universitas kerakyatan mendapat mata kuliah Dokumentasi dan Publikasi. Dengan menjunjung tema besar “nilai-nilai kebudayaan nusantara” sayapun mengunjungi candi di daerah kalasan, untuk memenuhi tugas tersebut.
Saya dan teman saya mengunjungi candi Sari. Candi Sari berlokasi di desa bendan, tirtomartani, kalasan. Tak jauh dari candi kalasan, hanya sekitar 1km. Kami disambut dengan suasana pedesaan yang masih lumayan asri. Kami memasuki loket dan si penjaga loket menyambut kami dengan ucapan “empat ribu mbak”. Ucapan penjaga loket membuat kami kaget. Sebagai pengunjung kami nenginginkan salam yang sewajarnya, bukan dengan todongan brupa perintah membayar :3
Setelah kami memmayar dan meminta izin kamipun masuk ke dalam candi dan memfoto candi tersebut. Pada saat kami berbincang-bincang dengan penjaga tiket tersebut, saya sempat menanyakan tentang sejarah candi sari. Tetapi penjaga tiket hanya menjawab “baca brsur nih mbak, di sini nggak ada pemandunya” masihmengerutkan dahi dan sayapun meminjam brosur candi sari. Rupanya si penjaga tiket mengetahui jika kami sangat membutuhkan informasi tentang cadi sari. Penjaga tiketpun kembali berkata dengan nada tinggi “Brosurnya mbayar, ora gratis!”
Apakah semacam ini apresiasi yang diberikan untuk pengunjung obyek wisata daerah ? saya sempat berfikir, jika semua petugas pelayanan berkelakuan seperti itu, maka banyak anak-anak yang enggan datang berkunjung ke obyek wisata semacam candi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H