Bumiharja (24/-7/2021)-Pengelolaan sampah plastik menjadi suatu masalah yang sulit ditegakkan di Indonesia. Hal ini, juga terjadi di Rt 07/Rw 01 Desa Bumiharja, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal. Masalah sampah adalah isu yang yang sering dianggap sepele namun menimbulkan dampak yang besar, yang pastinya dapat mengganggu dan mencemari lingkungan sekitar.Â
Upaya yang dilakukan oleh pihak desa dengan menerapkan adanya tempat sampah di setiap masing-masing rumah, kemudian diangkut ke pembuangan akhir sampah. Tidak selalu menjadi solusi atas permasalahan sampah tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan melakukan Edukasi terkait "Ecobricks".
Ecobricks adalah suatu metode pengolahan sampah yang dilakukan apabila 3 R (Reuse, Reduce dan Recycle) sudah sangat sulit diterapkan. Ecobricks berasal dari kata "Eco" dan "bricks" yang artinya bata ramah lingkungan.Â
Disebut bata karena fungsinya hampir sama dengan bata konvensional yang sering digunakan. Ecobricks biasanya memanfaatkan botol plastik dan sampah anorganik lainnya untuk dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan barang serbaguna seperti meja, kursi, taman, Ecoblock, serta sebagai penyangga pot tanaman.
Metode ini menjadi solusi yang ditawarkan oleh Yuliana Affiati ke lingkungan RT 07/RW 01 Desa Bumiharja. Hal tersebut dilakukan karena belum ada cara dalam mengurangi banyaknya sampah plastik. Dari kegiatan ini diharapkan warga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan program Edukasi pada Sabtu, 24 Juli 2021 yang dilakukan secara daring (online), karena kegiatan KKN TIM II UNDIP dilaksanakan di masa pandemi covid-19.Â
Penyampaian materi program Edukasi dilaksanakan melalui Whatsapp sebagai media komunikasi secara online. Rangkaian pelaksanaan program dimulai dari pembagian link kuesioner sebelum pembagian materi edukasi, setelah warga mengisi link tersebut. Selanjutnya dibagaikan materi edukasi berupa modul (bahan ajar) dan link Youtube sebagai sarana Video Edukasi. Kemudian dilanjutkan pembagian link kuesioner setelah penyampaian materi edukasi.
Tantangan yang dialami selama keberlangsungan program kerja adalah tidak dilaksanakannya program secara offline, sehingga pihak desa dan mahasiswa tidak bisa memonitoring keberhasilan dan berjalannya program edukasi Ecobricks karena adanya pandemi. Namun, paham atau tidaknya warga diukur dari prosentase pengerjaan kuesioner secara daring via gfrom. Parameter pemahaman warga terhadap materi yang sudah disampaikan adalah 85,7%, yang artinya warga memahami materi program dan sudah mengetahui apa itu Ecobricks serta memahami cara penerapan Ecobricks.Â
Penulis : Yuliana Affiati
DPL : Asri Nurdiana S.T, M.T
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H