Pada bulan ini saya bersyukur memiliki waktu rehat sejenak untuk me-recharging. Sangat beryukur mendapatkan waktu untuk retret. Melalui retret ini saya bisa memiliki banyak waktu untuk berdoa, meditasi, kontemplasi, berefleksi. Pendeknya semua praktik spiritualitas bisa dilakukan dengan waktu yang sangat leluasa. Dalam retret ini mendapatkan kesempatan merenungkan penindasan. Banyak kasus penindasan terjadi di lingkungan kita bahkan negara kita ini. Penindasan adalah tindakan yang dilakukan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang lain. Penindasan bisa berupa penindasan secara fisik, verbal, ataupun emosional.
Setiap orang tentu pernah mengalami situasi penindasan. Entah itu merasa ditindas atau memang mengalami suasana ditindas. Mengalami penindasan tentu membuat hidup menjadi berat, memiliki beban, tertekan, dan bisa mengalami kesedihan yang berkepanjangan. Dari zaman berabad-abad yang lalu penindasan itu ada dan sampai sekarang masih ada. Ketika kita membaca Kitab Keluaran -- misalnya -- maka dapat kita ketahui bagaimana bangsa Israel mengalami penindasan di Mesir dan bagaimana Tuhan menuntun mereka keluar dari penindasan di Mesir. Pada zaman kita sekarang ini, banyak juga penindasan terjadi. Melalui  sharing orang lain, berita-berita aktual, grup-grup whatsApp, IG, Tiktok, dan lain sebagainya banyak sekali suguhan penindasan yang terjadi.
Mengapa penindasan terjadi? Ada beberapa faktor penyebabnya. Dilihat dari pelaku bisa jadi karena pelaku pernah menjadi korban penindasan maka ketika ada kesempatan pelaku melakukan balas dendam. Juga karena adanya sikap kurang empati, ingin menunjukkan kekuasaan, kepercayaan diri rendah, merasa terancam, dan lain-lain. Jika diperhatikan secara mendalam penyebab tersebut terkait dengan masalah psiko sosial emosional. Masalah ini terkait dengan kesehatan mental dan emosional. Untuk itu agar kita hidup sehat sebaiknya memiliki kesehatan mental dan emosional yang baik.
Setidaknya ada dua langkah untuk mengelola kesehatan mental dan emosional. Pertama-tama tentu individu yang bersangkutan mau memiliki hidup yang sehat dan mau melakukan latihan untuk membantu kesehatan mental dan emosionalnya. Kedua, membuat perencanaan, mengorganisasikan, melakukan, mengevaluasi/merefleksikan, dan membuat langkah tindak lanjut. Dengan kedua cara itu maka pengelolaan hidup sehat selalu berproses.
Mengelola atau memanajemen kesehatan mental pada individu dapat dilakukan dengan cara:
1. Menyadari bahwa dirinya memiliki persoalan mental dan emosional.
2. Mengenali persoalan kesehatan mental dan emosional.
3. Menerima adanya permasalahan mental dan emosional pada dirinya dengan latihan kesadaran, menerima keadaan, mencari jalan pemecahan.
4. Mengatasi persoalan dengan mempraktikkan hal-hal ini.
a.Melakukan relaksasi dengan duduk tegap dan melakukan latihan menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkan secara     perlahan sambil dirasakan hangatnya nafas. Kegiatan ini bisa dilakukan berulang-ulang selama lima sampai sepuluh menit atau sesuai kebutuhan.
b.Meditasi setiap hari selama 15-20 menit. Meditasi dapat membuat pikiran tenang dan tekanan hidup ringan.
c.Aktivitas fisik, misalnya yoga, tai chi, atau olah raga yang sesuai dengan situasi fisik. Yoga atau sejenisnya dapat menenangkan pikiran dan meningkatkan kesehatan fisik.
d.Menulis refleksi atau jurnal. Menuliskan pengalaman yang menyenangkan ataupun sebaliknya yang dialami sepanjang hari memberikan jeda bagi individu untuk melihat keadaan yang sesungguhnya. Dengan menulis jurnal harian maka individu dapat melihat pengalaman apa saja yang dilalui dan apa makna di balik pengalaman itu. Setelah menemukan maknanya kemudian mensyukuri dan mengambil inspirasinya untuk perjalanan hari berikutnya.
e.Menjalani pola hidup sehat dengan makan, minum, tidur yang cukup; berolahraga secara teratur sehingga produksi endorfin meningkat dan membuat hati gembira dan senang; menghindari zat adiktif baik secara aktif maupun pasif.
f.Membangun pertemanan atau relasi sosial dengan memberi waktu untuk berinteraksi dengan sahabat, keluarga, teman kantor, tetangga. Bisa juga dengan bergabung pada suatu komunitas, misalnya kelompok senam, dance, ilmiah, profesional, dan lain-lain. Dengan terhubung pada komunitas maka individu dapat menyalurkan bakat dan minatnya serta memberikan kontribusi kepada kehidupan.
Keberhasilan latihan ini bergantung pada diri kita. Maka dari itu, sangat baik untuk menetapkan tujuan jangka panjang dan pendek dengan membuat daftar yang ingin digapai. Ketika tujuan tercapai kita bisa merayakan dengan memberikan penghargaan pada diri sendiri, seperti memberikan pujian ataupun hadiah lain yang sesuai.
Yang tak kalah penting dari semua cara di atas adalah mengucap syukur dan hanya mengucap syukur terus mengucap syukur atas semua pengalaman yang diterima, pengalaman membahagiakan ataupun pengalaman memprihatinkan bahkan penindasan sekalipun. Yang saya alami, dengan terus mempraktikkan bersyukur maka individu mengisi hidup dengan hal-hal positif. Sikap yang senantiasa bersyukur dan hanya bersyukur mendorong individu memiliki kesadaran bahwa dirinya dicintai, memiliki daya, berharga di mata dunia dan Tuhan. Dengan bersyukur maka individu dapat menghargai hal-hal unik dalam dirinya dan berusaha mengembangkannya demi kesejahteraan kehidupan. Dengan mampu mengucap syukur maka individu akan berhenti membandingkan dirinya dengan orang lain dan menemukan bahwa setiap individu unik serta memiliki perjalan hidup yang tak sama dengan dirinya. Dengan mampu mengucap syukur maka dapat menikmati hidup yang Tuhan berikan, memberikan diri dengan lebih, bermanfaat.
Bersyukur senantiasa walau belum tahu apa makna dari pengalaman yang diterima. Bersyukur dan tanpa berhenti bersyukur maka Tuhan dengan caranya memberikan hal-hal ajaib, tak terduga, mencengangkan, menakjubkan dalam diri kita. Bersyukur dan hanya bersyukur serta terus bersyukur. Mari kita sambut hal-hal ajaib yang datang dari sikap senantiasa bersyukur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H