Mohon tunggu...
Yuliana Windi Sari
Yuliana Windi Sari Mohon Tunggu... Dosen - Hobby Menulis

IG : @yuliana.windii||Master Degree of social Science||Lecturer||surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Interaksi Virtual Generasi Y dan Z dalam Perspektif Masyarakat Informasional

17 Juni 2022   23:00 Diperbarui: 17 Juni 2022   23:03 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Artikel ini merupakan bagian dari buku merajut pemikiran sosiologi kontemporer dari tahun 1976-2021 dan artikel ini dipublish  sebagai dokumentasi pribadi penulis 

Tinjauan Tentang Generasi Y dan Z Perkembangan teknologi yang saat ini menjadi dasar dari perubahan sosial masyarakat menunjukkan bahwa teknologi menjadi instrumen penting kehidupan sehari-hari. Hal ini dipengaruhi oleh adanya informasi yang dapat dengan mudah tersebar secara luas melalui internet dan sosial media. Konsumsi terhadap informasi menciptakan peluang dan tantangan baru, mengingat informasi menjadi salah satu simbol penting agar kita terintegrasi dengan peristiwa yang terjadi. Ketika kita membicarakan tentang informasi hal tersebut tidak akan terlepas dari user atau pengguna yang secara spesifik yaitu Generasi Y/Milenial dan Generasi Z. kedua generasi ini merupakan generasi yang memiliki intensitas interaksi tinggi terutama untuk mengakses informasi pada dunia maya. 


Berdasarkan realitas tersebut, maka pembahasan tentang generasi Y/Milenial dan Generasi Z akan fokus pada masyarakat informasional yang ditinjau secara sosiologis. Berdasarkan realitas tersebut maka yang perlu diketahui adalah adanya pola interaksi dan komunikasi baru yang terjadi pada Generasi Y dan Z. Sebenarnya perubahan ini juga terjadi pada semua generasi, tetapi yang menjadi fokus pembahasan disini adalah masyarakat informasi yang sebagian besar adalah generasi Y dan Z. Berdasarkan data yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa internet Indonesia (APJII) tentang laporan survey internet APJII (tahun 2019-2020) diketahui bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia adalah 73,7%. Berdasarkan hasil survey tersebut diketahui bahwa pengguna sosial media facebook sebesar 65,8% dan instagram 42,3% dengan demikian diketahui bahwa media sosial memiliki peran penting untuk menunjang kegiatan dan aktivitas sehari-hari. 73 Internet memiliki peran yang penting dalam perkembangan teknologi masyarakat hal ini karena dengan adanya internet telah terjadi pergeseran interaksi dan komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Disamping penggunaan internet untuk mencari informasi dan melakukan aktivitas di sosial media, sebesar 61% pengguna internet di Indonesia menggunakan internet untuk menonton video di Youtube dengan berbagai konten seperti film, entertainment, sosial politik hingga ceramah agama. Hal tersebut menunjukkan bahwa generasi yang menggunakan internet mengakses informasi secara bervariasi. Generasi menurut Kupperschmidt, terbagi menjadi lima kategori yaitu pertama, Generasi Baby Boomer yang lahir tahun antara 1946-1964; kedua, Generasi X yang lahir antara tahun 1965- 1980; ketiga, Generasi Y yang lahir antara tahun 1981-1994; keempat Generasi Z yang lahir antara tahun 1995-2010; dan kelima, Generasi Alpha yang lahir antara tahun 2011-2025. Pembahasan pada tulisan ini akan terfokus pada generasi Y dan Generasi Z yang ditinjau dari sudut pandang masyarakat informasi. Pembahasan yang terfokus pada generasi Y dan generasi Z hal ini, karena kedua generasi tersebut merupakan pengguna aktif internet dengan berbagai mengakses berbagai macam variasi konten.


 Interaksi Virtual Generasi Y dan Z Masyarakat informasional merupakan sebuah istilah yang popular untuk menjelaskan tentang adanya perubahan masyarakat sebagai akibat dari adanya kemajuan teknologi informasi, secara garis besar saat terjadi perubahan pada produk teknologi maka akan terjadi pula perubahan pada struktur dan kultur dalam kehidupan masyarakat, hal ini karena sifat dari masyarakat adalah dinamis, meskipun perubahan tersebut tidak serta merta berlangsung dengan lancar bahkan seringkali terjadi konflik dan ketidaksiapan masyarakat untuk selalu beradaptasi dengan perubahan teknologi. Oleh karena itu sudut pandang secara struktural fungsional dan struktural konflik menjadi tinjauan yang penting dalam mempelajari karakteristik masyarakat informasional. Berdasarkan hasil kajian tentang Masyarakat Informasi dan Digital: Teknologi Informasi dan Perubahan Sosial yang ditulis oleh Yasraf Amir Piliang yang menjelaskan tentang pengaruh cyberspace 74 dalam kehidupan sosial baik pada tatanan individu yang menciptakan perubahan mendasar pada "identitas" individu sedangkan pada tatanan tingkat antar individual perkembangan cyberspace menciptakan relasi sosial di dunia virtual sehingga memunculkan ruang virtual untuk melakukan interaksi selain itu pada tingkat komunitas cyberscape menciptakan "komunitas imaginer (imaginary community) dan pada akhirnya cyberspace menciptakan ruang utama yang didalamnya menjadi simulasi sosial pada dunia virtual. Pembahasan pada kajian tentang Masyarakat Informasi dan digital: Informasi dan Perubahan Sosial menjelaskan tentang teknologi informasi dan open society yang membahas tentang keterbukaan informasi pada masyarakat yang berlandaskan pada bentuk ekonomi, sosial dan budaya yang terbuka yang ditandai dengan komunikasi terbuka melalui internet. Kajian tersebut memberikan kesimpulan yaitu karakteristik cyberspace yang bersifat terbuka dan egaliter tetapi dalam ruang interaksi virtual tersebut terdapat hegemoni dalam proses komunikasi dan interaksi sehingga diperlukan kontrol sosial untuk menciptakan cyberspace yang bersifat egaliter. Berdasarkan hasil kajian yang dikemukakan oleh Yasraf Amir Piliang, cyberspace memang memiliki relevansi dengan interaksi secara virtual yang dilakukan oleh Generasi Y dan Z, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran konsep interaksi tatap muka dan tergantikan oleh Interaksi virtual. Perubahan peradaban masyarakat yang asumsinya terjadi karena adanya inovasi pada teknologi informasi menunjukkan bahwa setiap generasi memiliki pola interaksi dan komunikasi tersendiri yang dipengaruhi oleh faktor eksternal termasuk teknologi, dalam bentuk yang lebih konkrit teknologi ini dapat berupa jejaring sosial seperti instagram, twitter, whatsapp dan Line. Hasil penelitian tentang perilaku X dan Generasi millennial dalam penggunaan media sosial yang dikemukakan oleh Sri Laila Afrika Dewi dan Ratu Mutialela Caropeboka menjelaskan tentang penggunaan sosial media oleh generasi X dan Millenial memiliki persamaan, hanya saja untuk generasi X lebih mampu mengontrol untuk penggunaan sosial media sedangkan generasi millennial lebih bergantung pada teknologi khususnya sosial media. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan hasil penelitian 75 sebagai berikut (1). Sosial media sebagai sarana aktualisasi diri agar lebih popular (2). Kegiatan yang dilakukan harus diposting pada sosial media. Berdasarkan hasil kajian dan penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat pola interaksi virtual yang terjadi khususnya pada Generasi Y dan Z, interaksi yang lebih intens dan terjadi pada platform sosial media, konsep interaksi virtual ini juga sesuai dengan sosial media sebagai sarana aktualisasi diri yang dilakukan oleh Generasi X, yang menjadi letak perbedaannya adalah pola pemanfaatannya dan secara umum Generasi Y dan Z adalah generasi yang memiliki ketergantungan terhadap akses sosial media yang menjadi simbol bahwa definisi masyarakat tidak hanya bergantung pada interaksi secara langsung tetapi juga hadir dalam bentuk interaksi virtual melalui platform sosial media yang memiliki preferensi tersendiri. 


Masyarakat Informasional: Analisis Manuel Castells Salah satu pemikiran yang menjelaskan tentang masyarakat informasional adalah tulisan yang berjudul tentang The Information Age: Economy, Society, and Culture oleh Manuel Castells yang menjelaskan tentang kemunculan masyarakat, kultur dan ekonomi yang baru dari sudut pandang revolusi teknologi informasi (televisi, komputer dan perangkat elektronik lainnya). Pada tulisan tersebut dijelaskan bahwa munculnya masyarakat informasional dan masyarakat jaringan dimulai pada di Amerika pada tahun 1970, yang berakibat pada restrukturasi pada sistem kapitalisme. Masyarakat informasionalisme memiliki unsur perbedaan kultural dan institusional dalam masyarakat yang berdasarkan pada sumber utama produktif adalah kapasitas kualitatif untuk mengoptimalkan kombinasi dan penggunaan faktor produksi berbasis pengetahuan dan informasi. Analisis Castells tentang masyarakat informasional dikenal dengan paradigma teknologi informasi dengan beberapa karakteristik. Pertama, ini adalah teknologi yang tereaksi berdasarkan informasi. Kedua, karena informasi adalah bagian dari aktivitas manusia, teknologi-teknologi ini mempunyai efek pervasif. Ketiga, semua sistem yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan oleh "logika jaringan" yang membuatnya bisa 76 mempengaruhi berbagai proses dan organisasi. Keempat, teknologi baru sangat fleksible, membuat bisa beradaptasi dan berubah secara konstan. Terakhir, teknologi spesifik yang diasosiasikan dengan informasi berpadu dengan sistem yang terintegrasi. Castells (1996: 373) juga mendiskusikan kemunculan (yang menemani perkembangan multimedia yang merupakan perpaduan dari media massa dan komputer) dari kultur virtualitas riel (real virtuality) "sebuah sistem dimana realitas itu sendiri (yakni eksistensi simbolik/materiel seseorang) seluruhnya ditangkap, dibenamkan ke dalam setting imaji virtual, di dunia khayalan (make-believe), dimana kemunculannya bukan hanya pada layar (screen) yang melaluinya pengalaman dikomunikasikan, tetapi juga kemunculan itu menjadi pengalaman. Demikian juga, kita memasuki era "waktu tak tanpa batasan waktu (timeless time) di mana, informasi langsung tersedia di mana saja di muka bumi. Castells (1996: 469) mengatakan bahwa fungsi dan proses dominan dalam abad informasi semakin tertata di seputar jaringan yang didefinisikan sebagai seperangkat node (nodes) yang saling terhubung. Jaringan bersifat terbuka, mampu dikembangkan secara tak terbatas dan mampu untuk berinovasi tanpa menganggu sistem. Akan tetapi, fakta bahwa abad kita didefinisikan oleh jaringan membuat kapitalisme menjadi mengglobal untuk pertama kalinya dan terorganisasi. Castelss menawarkan analisis sosiologis pertama tentang dunia yang semakin computerized dan ada banyak pandangan yang dapat diambil dari karyanya. Pokok pembahasan utama Castells adalah pertumbuhan informasionalisme dan perkembangan masyarakat jaringan. Ini terutama aliran informasi dan komputer, yang memungkinkan terjadinya perubahan dunia. 


Berdasarkan pendekatan yang dijelaskan oleh Castelss, diketahui bahwa masyarakat informasional memiliki keterkaitan dengan generasi Y dan Z. Hal ini dikarenakan kedua generasi tersebut merupakan pengguna aktif sosial media, memiliki preferensi yang tinggi untuk melakukan interaksi virtual melalui platform digital. Berdasarkan realitas tersebut, maka masyarakat informasional merupakan fenomena yang melekat pada kehidupan masyarakat di mana standart interaksi sosial tidak hanya terbatas pada tatap muka saja melainkan terbukanya ruang publik secara digital. 77 Pada hakikatnya interaksi virtual yang terjadi dalam lingkup masyarakat informasional merupakan bagian dari keterkaitan antara inovasi di bidang teknologi dan implikasinya terhadap masyarakat khususnya yang terjadi pada Generasi Y dan Z yang memiliki preferensi tinggi untuk melakukan interaksi virtual pada ruang publik khususnya platform sosial media, konteks ini juga sesuai dengan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat jaringan dimana masyarakat tumbuh dan mengalami perkembangan menjadi masyarakat jaringan yang tidak hanya saling mengenal dalam setting sosial tetapi juga menjadi masyarakat informasional yang tumbuh karena adanya interaksi virtual yang tidak terbatas pada ruang dan waktu saja. Generasi Y dan Z merupakan generasi yang akan menjadi pioneer adanya masyarakat informasional yang tidak hanya terbatas pada penggunaan sosial media sebagai sarana interaksi virtual melainkan juga sebagai eksistensi dunia virtual sebagai implikasi dari adanya Hi-Tech informasi. 


Pendekatan Struktural Fungsional Dan Konflik Pada Masyarakat Informasional Struktural fungsional dan konflik merupakan pendekatan struktural dalam sosiologi yang memiliki penekanan tertentu dalam menganalisa struktur sosial masyarakat. Dalam sistem sosial ditandai dengan batas (boundaries), bagian-bagian (part) yang saling bergantung, kebutuhan (needs or requirement) dan keseimbangan (equilibrium). Pendekatan struktural fungsional klasik popular dengan pemikiran dari Talcott Parsons, sedangkan pendekatan konflik klasik popular dengan pemikiran Karl Marx, berikut penjelasan tentang hakikat perbedaan kedua perspektif teoritis tersebut. Berdasarkan perspektif struktural fungsional diketahui bahwa (1) struktur sistem sosial tidak hanya dilihat sebagai keadaan oleh keseimbangan dan bagian dari sistem tersebut saling bergantung satu sama lain, tetapi juga sistem sosial dianggap terdiri dari individu-individu. Agar suatu sistem terintegrasi dan stabil asumsinya bahwa individu yang menjadi bagian dari sistem tersebut mendukung nilai-nilai umum yang berlaku di dalamnya. (2) memiliki konsensus terhadap nilai umum (seperti norma-norma hukum) (3) menekankan pada keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat (4). 78 Lembaga sosial seperti keluarga dipandang memiliki peran untuk memelihara stabilitas dalam masyarakat. Secara garis besar struktural fungsional menekankan pada integrasi, persamaan nilai dan stabilitas sosial. Berdasarkan perspektif konflik, model analisis struktural menekankan pada pertentangan, hubungan super ordinasi dan sub ordinasi, perbedaan kekuasaan dan perubahan sosial. Karakteristik perspektif konflik yaitu (1) masyarakat selalu mengalami perubahan sebagai akibat dari dinamika pemegang kekuasaan (2) setiap kelompok sosial memiliki tujuan sendiri yang beragam dan tidak pernah terintegrasi (3) konflik muncul karena adanya dominasi dari kelompok terkuat (3) memandang nilai, ide, dan moral sebagai rasionalisasi untuk kelompok yang berkuasa (4) dasar dari perubahan masyarakat tidak terletak pada individu melainkan pada struktur masyarakat (5). Kekuasaan bukan bergantung pada kualitas Individu dan pribadi melainkan pada kemampuan suntuk mengontrol sumber daya seperti uang atau alat produksi. 


Perbandingan teori struktural fungsional dan konflik terletak pada orientasinya dimana struktural fungsional melihat masyarakat sebagai unsur yang statis dan melihat fungsi masyarakat adalah menciptakan ketertiban dan kestabilan. Sedangkan untuk perspektif konflik memandang masyarakat secara potensial dan melihat kekuasaan memiliki nilai tambah untuk menciptakan perubahan sosial. Analisis dari perspektif struktural fungsional dan konflik untuk masyarakat informasional merupakan perspektif teoritis yang meninjau perkembangan masyarakat. Masyarakat yang selalu bergerak secara dinamis menunjukkan bahwa terdapat mekanisme penyesuaian dan konflik dalam waktu yang sama, seringkali situasi dan kondisi masyarakat yang mengalami perubahan menunjukkan bahwa unsur terbentuknya masyarakat tidak hanya berkaitan dengan kehidupan keseimbangan sistem secara struktural melainkan juga adanya pergeseran serta pertentangan dalam kehidupan masyarakat. Perspektif struktural fungsional dalam meninjau tentang masyarakat informasional sebagai perubahan struktur dalam masyarakat yang terjadi sebagai bagian dari perkembangan masyarakat yang dipengaruhi oleh adanya inovasi teknologi 79 informasi, dalam perspektif struktural fungsional klasik diketahui bahwa masyarakat adalah suatu kesatuan yang holistik dan terbentuk dengan stabil. Berdasarkan paradigma tersebut maka yang perlu diketahui adalah interaksi virtual yang terjadi melalui platform digital adalah bentuk penyesuaian masyarakat yang bergerak secara lebih dinamis, khususnya generasi Y dan Z hal ini karena adanya konsep perubahan akan terjadi apabila terdapat inovasi teknologi informasi yang mempengaruhi struktur sosial masyarakat. 


Jika ditinjau dari perspektif konflik, maka masyarakat informasional adalah pergeseran nilai dan norma dalam masyarakat yang seringkali memang menimbulkan pertentangan karena secara keseluruhan tidak semua masyarakat mampu melakukan adaptasi terhadap inovasi di bidang teknologi dan informasi, oleh karena itulah perspektif konflik memandang masyarakat informasional sebagai bentuk kekuasaan akan akses teknologi. Dimana kekuasaan tersebut berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi sebagai instrument penting. Generasi Y dan Z sebagai generasi yang melek teknologi dalam perspektif konflik merupakan generasi yang memiliki sumberdaya untuk memanfaatkan potensi teknologi secara maksimal dengan cara melakukan inovasi yang tidak terbatas pada interaksi virtual pada ruang publik. Dalam perspektif konflik juga terdapat konsep ketergantungan akan sumberdaya yang dimiliki, oleh karena itulah masyarakat informasional menjadi sangat penting untuk menciptakan perubahan struktur dan kultur dalam dimensi dan bidang kehidupan masyarakat secara lebih luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun