Mengulas kembali tentang aksi 212, yang dimana ribuan umat Islam di Jakarta telah bergabung dalam aksi tersebut. Sebelum lanjut dalam pembahasan lebih dalam yang berkaitan dengan agama, baiknya kita pahami dulu definisi konflik dan juga konflik keagamaan. Apa sih yang dimaksud dengan konflik? Konflik sama halnya dengan perselisihan, yang biasanya terjadi karena ada perbedaan pandangan antar individu atau kelompok masyarakat.
Sedangkan konflik keagamaan yang dapat dipahami sebagai suatu perseteruan yang menimbulkan aksi-aksi damai hingga melakukan kekerasan fisik, ini berkaitan dengan nilai- nilai identitas yang melibatkan berbagai isu juga ungkapan tentang keagamaan, yang mengakibatkan krisisnya sikap toleransi. Pada kasus ini yaitu Aksi Damai 212, ratusan ribu hingga jutaan massa yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia ikut bergabung dalam aksi ini. Penyebab lahirnya gerakan aksi ini merupakan adanya kasus penodaan atau penistaan agama oleh salah satu pimpinan daerah karena kesalahan individual.
Konflik ini terjadi bermula dari protes masyarakat umat muslim terhadap suatu proses kasus salah satu pemimpin daerah yang memuat tentang penistaan terhadap kitab suci umat Islam tepatnya pada surat Al-Maidah ayat 51, yang mana pada waktu itu belum ditindaklanjuti oleh pihak berwenang. Berdasarkan beberapa sumber yang terkait, dari mobilisasi politik dalam Aksi 212 ini telah mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dimana untuk segera mengambil langkah hukum terhadap seseorang yang menistakan agama. Karena dari adanya aksi 212 ini menimbulkan beberapa dampak dalam kehidupan sosial dan agama.
Sebelum masuk pada materi strategi dan perubahan baiknya kita akan mengenal mobilisasi politik. Mobilisasi politik ini memiliki arti sebagai upaya untuk menggerakkan masyarakat atau kelompok tertentu untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik, yang memiliki tujuan untuk meningkatkan partisipasi politik pada kegiatan-kegiatan politik lainnya. Mobilisasi politik dapat dilakukan oleh partai politik, kelompok kepentingan, organisasi masyarakat sipil, atau individu. Upaya mobilisasi politik dapat berupa kampanye sosial, pemberian informasi tentang isu-isu politik, atau ajakan untuk memilih dalam pemilihan umum.Â
Oleh karena itu, adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat ini memerlukan strategi yang mungkin akan cukup bagus dalam mempengaruhi perubahan sosial di Indonesia. Seperti yang pertama, melakukan promosi gerakan mereka dan mengajak masyarakat untuk bergabung. Mereka menggunakan tagar di media sosial. Kedua, mobilisasi massa yang dapat di manfaatkan melalui jaringan dan lembaga-lembaga Islam untuk memobilisasi massa. Dan yang ketiga simbolisme, maksudnya beberapa dari mereka yang menggunakan simbol tersebut untuk memperjuangkan tujuan mereka.Â
Meskipun menuai beberapa kritik dari berbagai pihak yang menganggap sebagai politisasi agama, terdapat beberapa pengaruh dari Aksi 212 dalam perubahan sosial di Indonesia cukup besar. Seperti yang pertama perubahan dalam politik, dalam Aksi 212 ini memperjuangkan nilai-nilai Islam dan konservatifisme yang kemudian mempengaruhi arah politik di Indonesia. Hal ini terlihat dari munculnya partai politik yang berbasis Islam dan konservatifisme yang semakin kuat.Â
Kedua, kesadaran beragama, khususnya pada agama Islam, dari terjadinya aksi ini dapat meningkatkan kesadaran keislaman di lingkungan masyarakat. Banyak masyarakat yang kemudian mempelajari agama dengan lebih serius dan memperkuat identitas keislaman mereka. Dan yang terakhir adalah solidaritas antar umat beragana yang mana dapat berhasil memperkuat solidaritas umat Islam khususnya pada masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H