Mohon tunggu...
Yulia Dwi Maharani
Yulia Dwi Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Memiliki minat dalam bidang kesehatan, seni, dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bunuh Diri Menjadi Sebuah Tren di Tahun 2023, Apa Penyebabnya?

12 Desember 2023   11:24 Diperbarui: 12 Desember 2023   13:43 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini, tindakan bunuh diri di Indonesia semakin melonjak. Berita isu tersebut disebarluaskan di media massa, salah satunya media sosial hingga pada akhirnya "viral". Namun, tanggapan orang-orang di media sosial sangat mengkhawatirkan. Mirisnya, sebagian orang  menormalisasikan aksi bunuh diri dan beranggapan bahwa melakukan tindakan tersebut merupakan suatu hal yang wajar. Pandangan itulah yang membuat semakin maraknya bunuh diri sehingga menjadi sebuah tren.

Di era modern ini, teknologi digital sangat mudah untuk diakses. Sayangnya, banyak berita kasus bunuh diri yang disebarluaskan tanpa adanya "disclaimer", misalnya peringatan apabila sedang merasa tidak nyaman secara mental, maka segera hubungi pihak layanan psikologis. Jika berita tersebut terus-menerus "di-up", maka orang dalam kondisi mental yang tidak baik akan merasa bahwa banyak orang yang melakukan tindakan bunuh diri sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah. Dari situlah mereka mulai mencari tahu dan berpikir kapan momen yang tepat untuk melakukan tindakan tersebut. Jadi, bunuh diri bukanlah tindakan yang impulsif dan tidak semerta-merta melakukannya tanpa berpikir, tetapi butuh proses yang panjang yang pada akhirnya bunuh diri menjadi bentuk akhir dari sebuah kompleksitas besar atas permasalahan psikologis seseorang.

Berdasarkan data dari Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas), terdapat 971 kasus bunuh diri di Indonesia dalam rentang periode Januari-Oktober 2023. Beberapa kasus terjadi dalam waktu yang berdekatan pada bulan Oktober, yang dimana mereka adalah seorang mahasiswi. Pertama, mahasiswi dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang diduga meloncat dari lantai empat di Mal Paragon Semarang pada tanggal 10 Oktober 2023. Kejadian tersebut viral di media sosial dan banyak pengguna media sosial yang menunjukkan rasa empati atas kasus tersebut. Namun, selang satu hari keesokannya, seorang mahasiswa dari UDINUS kota Semarang ditemukan tewas di kamar kosnya yang diduga bunuh diri dengan meninggalkan beberapa pesan yang dia tulis dalam bentuk surat.

Tindakan bunuh diri merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk mengakhiri hidupnya. Jika dilihat dari sisi psikologis, orang yang paling berisiko melakukan tindakan ini yaitu orang yang mempunyai kerentanan dalam kesehatan mentalnya, seperti mengalami depresi. Depresi juga memiliki berbagai macam penyebab, seperti tekanan finansial, masalah percintaan, mengalami kekecewaan yang mendalam, trauma akibat kejadian buruk, dan sebagainya. Tentunya hal-hal tersebut bisa membuat seseorang menjadi putus asa dan tidak punya gairah hidup.

Mereka yang melakukan bunuh diri mempunyai proses yang panjang dalam menanggung beban psikologis yang sangat besar sampai dia merasa bahwa tidak ada harapan untuk hidup dan mencoba untuk tetap "survive" tetapi tidak ada pencerahan dalam hidupnya. Dalam hal ini, mereka yang tidak sanggup menanggung masalah hidupnya dan belum menemukan jalan keluar berpikir bahwa lebih baik dia tidak ada lagi di dunia ini sehingga tidak menyusahkan orang di sekitarnya. 


Setiap orang pernah mengalami "quarter life crisis", yaitu fase dimana seseorang beranjak dewasa. Fase ini dianggap sebagai masa sulit, yang dimana adanya tekanan emosional yang luar biasa, baik itu datang dari dalam diri sendiri, maupun dari lingkungan sekitar. Biasanya pada kondisi tersebut, seseorang akan cenderung merasa cemas, gelisah, dan bingung dengan arah hidupnya. Selain itu, timbul rasa takut untuk menghadapi masa depan.

Pada umumnya, seseorang yang melakukan percobaan bunuh diri itu mempunyai latar belakang "social support" yang kurang mendukung, misalnya tidak ada kedekatan dalam keluarga sehingga merasa dirinya kurang diberikan kenyamanan, ketenangan, dan kasih sayang. Oleh karena itu, kita perlu peduli dan sayang terhadap diri sendiri. Apabila sudah merasakan ketidaknyamanan secara mental, segeralah untuk melakukan konsuling ke psikolog atau psikiater. Berusahalah untuk tetap menceritakan hal-hal yang membuat dirimu sedih, sakit, dan sebagainya kepada orang-orang terdekatmu. Apabila orang-orang terdekat kita berada dalam kondisi sulit, bantulah mereka dan carikan solusi terbaik. Jadilah pendengar yang baik tanpa harus menghakimi. Ingat! Bunuh diri bukanlah solusi, melainkan hidup menuju sanksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun