Beberapa bulan lalu, ibu diberi keripik garut mentah oleh tetangga sekantung plastik besar. Isinya cukup banyak.
Merasa tidak mampu menghabiskan, beliau lantas membagi menjadi empat bagian. Sebagian untuk ibu, ketiga bagian diberikan kepada kami anak-anaknya.
Hal tersebut mengingatkan saya pada kisah sewaktu masih kecil. Pada waktu itu pekarangan rumah kami dan juga lahan tetangga sekitar banyak ditumbuhi tanaman polo pendem. Salah satunya pohon garut.
Tanaman garut menghasilkan umbi, di mana umbinya bisa dijadikan makanan. Sependek ingatan saya, pohon garut memiliki batang dengan ketinggian 70-90 cm, berdaun tunggal unik, warna hijau memanjang sekira 15-25 cm, dengan lebar kurang lebih 5 cm.
Umbi Garut Jadi Sumber Pangan saat Musim Paceklik
Bagi masyarakat pedesaan yang pada umumnya bertani, mereka menanam palawija untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sedangkan keluarga kami yang tidak mempunyai ladang demi bertahan hidup, memanfaatkan pekarangan dengan menanam garut untuk memenuhi kebutuhan perut.
Umbi garut bisa menjadi sumber pangan wong cilik. Tanaman tersebut tanpa harus dirawat atau pun dipupuk seperti tanaman lain.
Umbi garut bisa menjadi sumber pangan ketika musim kekurangan pangan, atau yang lebih dikenal masyarakat sekitar dengan sebutan paceklik.