Awalnya geli dan takut, tapi siapa sangka, lama-lama jatuh cinta pada resep ini.Â
Kok bisa?  Ya, begitulah. Ada tips untuk menaklukkan rasa geli dan takut. Hingga akhirnya jatuh cinta, ciee...hehe. Lanjut.
***
Beberapa pekan terakhir saya dan suami lagi gandrung dengan kuliner sambal belut. Sepekan sekali saya menikmati hidangan dengan cara memesan lewat driver online.
Siapa yang tidak mengenal belut? Hampir semua lapisan masyarakat di Indonesia mengenalnya. Ikan belut dapat ditemukan di perairan sawah, hingga budi daya belut untuk dijual di pasaran.
Dulu, semasa saya kecil, jelang musim tanam padi (almarhum bapak) sering berburu ikan belut di sawah yang beliau garap. Sependek ingatan saya, ikan belut hasil buruan bapak cukup besar, serta memiliki ukuran lebih panjang dari yang beredar di pasaran.
Belut memiliki penampilan unik, mirip ular, kepalanya agak meruncing, namun tidak bersisik apalagi sirip yang dimiliki ikan pada umumnya. Selain itu, tekstur tubuh belut licin berlendir, sehingga sulit untuk dipegang.
Maka tidak heran jika sebagian orang enggan mengolah lantaran takut atau geli bila memegangnya. Termasuk penulis. Tenang, artikel ini sedikit mengulas tentang cara mengolah belut.
Tetapi siapa sangka, dibalik tampilan yang sedikit menggelikan, belut menawarkan beragam manfaat untuk kesehatan.
Melansir dari-Klikdokter.com- Belut kaya nutrisi, bisa dijadikan MPASI untuk buah hati, bermanfaat untuk kesehatan otak dan saraf.
Saya pun jadi teringat semasa Nak Nang balita. Suatu ketika, atas rekomendasi bidan setempat tetangga sebelah mengolah ikan belut bersama sayuran dengan cara direbus.Â
Kata beliau, sebagai variasi menu bernutrisi tinggi bagi balitanya. Dan, beliau menyarankan saya mengikuti jejaknya.