Dan ketika ada kesempatan, kami memanfaatkan momen dengan bermotor di sepanjang jalan Kota Klaten. Bahkan melebarkan sayap hingga menembus area perkampungan pinggiran kota.
Dalam menempuh perjalanan, kami menemukan kuliner yang cukup populer. Hidangan yang disukai berbagai kalangan, tidak petlu merogoh kocek dalam sekalipun disajikan di rumah makan hingga pinggir jalan.Â
Makanan yang tidak lain  "mie ayam dan bakso" cukup menggiurkan hingga kami berminat mencicipinya.
Seperti pada umumnya, begitu kaki menginjakkan kaki di depan gerobak, salah satu penyaji menu menyambut dengan senyuman.
"Mau pesan apa Bu?"
"Satu porsi mie ayam dan bakso kosongan ya, Mas. Minumnya te panas satu gelas."
Meskipun tanpa menambahkan takaran gula, penjual sudah paham yang dimaksud pelanggan ( tehnya manis). Meski jadinya tidak terlalu manis. Hehe...
Sedangkan bakso kosongan yang saya maksud, terdiri dari bakso berkuah, diberi sedikit potongan daun sawi, bertabur selederi serta bawang merah goreng.
Ya, hampir setahun saya membatasi asupan berlemak. Makanya, cukup memesan bakso kosongan.
Di dalam ruangan yang terhitung tidak luas, sekira terdiri dari 3 atau 4 Â bangku(meja). Setiap meja bisa ditempati 4 orang.
Di dalam warung terbentang spanduk bertuliskan hidangan yang ditawarkan.