Beberapa hari lalu, penjual sayur libur dua hari berturut-turut. Sedari pagi, terlihat ibu-ibu pelanggan datang dan pergi silih berganti, membuat lengang depan pintu pagar.
Biasanya setiap pagi di depan pintu pagar berderet kendaran roda dua, motor tersebut setia menunggu tuannya yang sedang berbelanja. Tapi sepi-- saat itu.
Jika penjual sayur libur tanpa pemberitauhan, tentu membuat hati pelangganya jedag-jedug, lantas ibu-ibu memutar haluan guna mendapatkan apa yang diinginkan.
Beruntung saya jika membeli keperluan dapur selalu lebih. Mulai dari bahan bumbu serta jenis sayuran. Semua untuk mengantisipasi jika penjualnya libur.
Selain itu, saya jarang pergi ke pasar. Ada alasan kenapa enggan, yaitu agar menghemat waktu dan uang. Sebab, jika nekat, bukan tak mungkin waktu tersita di perjalanan. Alasan lain, bisa-bisa hati kepincut sesuatu barang yang tak teragendakan.
Belanja di penjual sayur keliling bagi saya jauh lebih mudah, dan murah. Jika kita menginginkan sesuatu, bisa memesan terlebih dahulu.
Makanya, saya hanya mengandalkan penjual sayur keliling. Dan, bila mentok tiada stok bahan, sesekali membeli kuliner klaten melalui layanan gofood.
Sehubungan dua hari tidak berbelanja, di kulkas hanya tersisa brokoli dan kembang kol. Saya sempat bingung, bahan tersebut hendak dimasak apa?
Pada umumnya, kembang kol dan brokoli dijadikan sup, sayur loncom(bening), atau dimasak dengan bumbu bawang(cah brokoli).
Resep cah brokoli sudah tidak asing lagi. Bahkan kuliner satu ini sering tampil di acara pernikahan. Bagi kami, jika menu tersebut dijadikan hidangan utama rasanya kurang nendang!