"Mbakyu, kenapa keponakannya membatalkan pertunangan, dan menikah dengan wanita lain?"
"Owalah Jeng, ketiwasan(musibah). Tunangan si Bejo matre. Keseringan minta duit. Awalnya minta uang untuk membeli perabotan, ini dan itu. Katanya sih Jeng, untuk perlengkapan rumah tangga kelak. Mereka juga nabung bersama.
"Nabung bareng pacar? Bikin semangat dong, Mbakyu."
"Semangat apanya, Jeng? Bablas iya! Barang-barang yang dimaksud tiada, tabungan pun, melayang. Bejo ndak kuat. Makanya, ia memilih membatalkan pertunangan."
"Oo...begitu ceritanya. Punya pasangan mata duitan, makan hati. Kalau ndak bisa diperbaiki, lebih baik mengakhiri, Mbakyu?"
"Iya, Jeng. Syukurlah, Gusti Allah memberi pengganti, jodoh lebih baik. Semoga mereka langgeng."
"Aamiin. Semoga, Mbakyu."
***
Gambaran permasalahan di atas kerap kali saya temui. Terkadang timbul dari hubungan hasil perjodohan, atau atas dasar suka sama suka berlanjut ke tahap pernikahan.Â
Pasangan tersebut tak segan mengolah finansial secara bersamaan.
Mungkin bagi mereka yang tulus menjalani takdirnya, tidak mempermasalahkan sesuatu yang bakal terjadi. Sekalipun kenyataan pahit.Â