Semoga kampung halamanku tidak hanya menjadi tempat peneduh, tetapi menjadi hunian yang menentramkan, dan memberikan kehidupan gemah ripah lohjinawi bagi segenap penghuni.
Kampung halaman tempat mengecap arti kehidupan
Semenjak aku lahir dan dibesarkan di kampung halaman, meminum air dan menyantap makanan hasil bumi ranah kelahiran. Berkatmu, aku tumbuh dewasa dalam dedikasi keluarga sederhana.
Terkenang masa kecilku, tertatih belajar mengecap kehidupan. Menyusuri tanah becek persawahan, memetik padi secara masal di sawah milik Pak Lurah bersama orangtua dan teman sebaya.
Jemari mungil ini terpatah-patah memantik tangkai padi.
Acapkali melontarkan tawa ketika jari-jari kecil berhasil meraupnya. Kampung halaman menjadi tempat mengecap arti kehidupan dari masa ke masa.
Kampung halaman bukan sekadar tempat kelahiran atau persinggahan
Bagiku Kampung Halaman bukan sekadar tempat kelahiran atau persinggahan. Melainkan dasar pergulatan atau pondasi hidup. Ya, semacam ujian hidup yang harus dijalani tatkala meniti tangga demi tangga kehidupan.
Semenjak kecil saya dilatih untuk tegar, sekalipun badai kerap menerjang. Kasih saya orangtua pula dedikasinya menguatkan. Ibu selalu mengajarkan banyak cara agar bisa bertahan hidup.
Tentunya dengan caranya sendiri. Ibu mengajarkan bagaimana cara kita bisa mendapatkan uang dengan jalan halal. Menjajakan cemilan dari gang satu, beralih ke lorong lain demi recehan. Semua dilakukan demi menyambung hidup.
Fase demi fase penulis lalui untuk menggapai puncak keberhasilan. Meskipun kerikil tajam pula runcingnya duri kerap menusuk tubuh kecil kala itu.
Namun semua bisa dijadikan pelecut diri untuk menggapai impian. Dan kini penulis bisa menikmati jerih payah buah dari kesabaran serta perjuangannya.