Siapa yang tidak mengenal Lumpia? Hampir semua mengenalnya. Jajanan tradidional khas Semarang ini menjadi kuliner yang digandrungi masyarakat, tetap bertahan dan tak tergerus oleh maraknya kuliner kekinian.
Bicara soal Lumpia, pada umumnya cemilan tersebut digoreng. Bagi Anda yang mengurangi asupan minyak, karena sesuatu penyakit, atau seperti yang saya alami(Gerd) jangan takut. Bisa disiasati, kok. Yaitu dengan metode kukus.Â
***
Sepekan lalu, tepatnya pada hari Kamis, 03 Maret 2023, saya membuat cemilan sebagai teman kala hujan bertandang. Ya, ketika langit memuntahkan hujan menghadirkan suasanai dingin. Beruntung kehadirannya tidak disertai angin.
"Wah..., udan-udan enak--e maem gorengan ya, Tan?" Tanya saya kepada keponakan perempuan yang duduk berdampingan. Kebetulan hari itu hanya kami berdua di rumah. Sedangkan suami dan anak menunaikan ibadah berlanjut zikir tahlil di musala setempat.
"Hiyoo, Budhe." Jawabnya menyemangati. Kemudian saya bergegas menuju dapur. Di kulkas masih tersimpan sebungkus kulit lumpia. Ya, paginya saya membeli bahan tersebut di penjual sayur.
Selain kulit lumpia, masih tersisa ayam rebus berbumbu dan sepotong wortel. Rasanya kok pas banget untuk berkreasi.Â
Singkat cerita, semua bahan sudah dieksekusi, siap berlanjut pada tahap selanjutnya. Mendadak saya hentikan aktivitas dan terbengong sejenak.Â
'Lah, saya kan masih dalam tahap pemulihan, kok mau bikin gorengan, waduh piye iki?'
Lantas saya sedikit memutar otak, muncul dalam benak bahan kulit lumpia dijadikan dua resep. Lumpia goreng dan basah. Nah, kira-kira rasanya kayak apa, ya?
Jawabnya jika tidak mencoba maka tidak akan tahu hasilnya. Nah-nah, Anda penasaran juga, kan?