"Pagi begini enaknya menikmati jadah goreng hangat. Terus minumnya kopi, kunikmari di pinggir kolam, wis nikmat tenan, Mi."
"Lho...kan, lagi batuk. Moso maem jadah goreng, minume kopi sisan. Kapan batuk-e sembuh? Ingat pesan dokter. Kalau lagi batuk tuh, nggak boleh makan makanan yang  digoreng, minuman manis juga harus dijahui."
Tapi sahutan saya hanya dijawab dengan senyuman. Dalam hal ini, saya sedikit lebih bawel, melarang ini dan itu bila sedang sakit batuk.
Sebab, saya pernah mengalami batuk yang menjengkelkan karena penanganannya terlambat. Setelah diobati, boro-boro sembuh. Batuk kian menjadi.
Menikmati jadah goreng hangat-hangat sudah menjadi hobi suami semenjak dini.
Menyantap jadah goreng hangat berteman secangkir kopi atau teh, memang sungguh nikmat. Tetapi bila kondisi tubuh kurang sehat karena sakit tertentu, dan harus mengurangi asupan minyak goreng, maka teknik lain harus diterapkan.
Bagi pecinta jadah goreng seperti halnya suami saya sih, boleh-boleh saja selagi penganan tersebut tidak memengaruhi kesehatan. Apalagi bila menjadi pantangannya.Â
Maka lebih baik menyantap masakan tanpa minyak yaitu dengan cara memanggang.
Memanggang  makanan  lebih  aman daripada  menggoreng.
Banyak cara menghidangkan masakan, bisa dengan merebus, mengukus, menggoreng dan memanggang.Â
Dalam hal ini, memanggang jauh lebih aman daripada menggoreng. Benarkah?
Sebagaimana dilansir oleh health. Kompas.com. Beberapa alasan terkait memanggang lebaik baik daripada menggoreng:
1. Memanggang mengurangi minyak.
Menggoreng makanan akan menjadikan menu terlalu banyak menyerap minyak. Kerap menyantap goreng-gorengan mengakibatkan berat badan naik. Pula berisiko mencegah kelancaran aliran darah. Sebab lemak yang dikandung menyumbat aliran darah.
2. Teknik memanggang mempertahankan vitamin pada makanan
Dalam memanggang bisa disesuaikan dengan jenis bahannya. Teknik ini bisa diterapkan pada makanan, daging dan sayuran. Terpenting dari memanggang adalah, mempertahankan vitamin pada makanan. Selebihnya bisa Anda simak di sini.
Begitu juga dengan bahan yang saya tulis di atas, yaitu jadah bisa digoreng maupun panggang. Bagi orang yang sedang menghindari gorengan maka akan lebih baik menikmati olahan yang dipanggang selain kukus dan rebus.Â
Menggoreng merupakan satu cara mengolah makanan menggunakan minyak dan lemak dalam suhu tinggi. Saya pribadi termasuk orang yang sangat sensitif terhadap gorengan.
Apalagi bila menggorengnya menggunakan minyak jelantah, atau yang sudah dipakai berulang kali, pasti akan mengakibatkan tenggorokan tidak nyaman.Â
Selain itu, tekstur kasar gorengan akan menimbulkan gangguan pada tenggorokan dan berdampak lebih parah. Â Duh, nggak nyaman pokok-e. Makanya, saya lebih baik puasa gorengan kala batuk. Atau lebih baik menggunakan taktik memanggang.
Berikut cara saya memanggang jadah, agar tetap nikmat dan sehat.
1. Panaskan oven selama 10 menit, menunggu pemanggang panas siapkan jadah. Potong sesuai selera, sisihkan.
2. Ambil loyang, lumuri dengan margarin secara merata. Susun jadah di dalamnya..
3. Setelah masa pemanasan, buka tutup oven. Masukkan loyang dengan hati-hati. Dalam tahapan ini saya meletakkan loyang di rak bawah. Sebab rak bawah fungsi panas maksimal.
4. Setelah tersimpan di rak, tutup kembali oven. Kemudian atur temperatur pemanggang dengan suhu 180 derajat Celcius.. Panggang selama 25 hingga 30 menit.
5. Setelah matang sesuai timer yang diinginkan, maka oven secara otomatis akan mati. Selanjutnya, cabut kabel sambungan. Buka perlahan tutup oven dan keluarkan loyang.Â
6. Menunggu loyang dingin baru dikeluarkan juga bisa. Namun hidangan akan mengikuti jejaknya. Baiknya mengeluarkan loyang dengan alas kain (serbet) agar tangan tidak terkenas panas. Â Serta hindangan pun bisa disajikan hangat-hangat.
Ini dia...jadah panggang hangat, siap dijadikan cemilan teman segelas minuman hangat. Sengaja saya mengatur timer tidak terlalu lama supaya permukaan jadah tidak keras.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Salam kuliner, sehat selalu untuk Anda Pembaca Kompasiana.
#JadahPanggang
#ArtikelFoodieYuliyanti
#Tulisanke-384
#Klaten, 24 Oktober 2022
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H