Dua dekade lalu, ketika masih bekerja di sebuah toko, pimpinan saya sering menikmati beberapa buah segar di ruangan kerjanya.Â
Salah satu buah yang menjadi kesukaan menghiasi meja kerjanya adalah, "Anggur."
Kebetulan meja kerja saya tidak jauh dari ruangan bos, jadi nampak begitu jelas saat butiran kecil berwarna merah keunguan tersantap ludes. Hanya menyisakan biji saat dilepehkan serta beberapa pertanyaan.
Bagaimana rasa buah anggur?
Kenaoa biji ia lepehkan?
Beberapa pertanyaan tudak mendapat jawaban, bahkan hanya terpendam.
Menurut kaca mata saya, rasa buah tersebut hmmm...begitu segar, nikmat dan manis. Ya, semanis senyuman kekasih. Yang bisa membuat hati selalu ceria meski kepenatan melanda.
Sayangnya, Bos tidak menawarkan meski hanya sebutir kepada saya, orang yang berperan penting dalam memajukan perusahaannya.
Beruntungnya, dulu saya bukanlah seorang ibu yang sedang hamil muda, bisa-bisa bayinya ngiler karena tidak kesampaian mencicipi buah anggur.
Namun demikian, dalam benak sempat muncul sebuah keingianan, Kapan ya, saya bisa membeli buah anggur, lalu menikmatinya seperti bos?