Apa kabar pembaca Kompasiana yang berbahagia?Â
Beberapa hari tidak menyapa, rindu begitu menggelora. Semoga Anda selalu sehat, dilancarkan dalam segala aktivitas.
Pembaca yang berbahagia, saya ingin berbagi cerita yang membuat hati berbunga ketika bisa menghidangkan cemilan kesukaan keluarga.
Saking sukanya sampai membuat dua kali dalam sehari. Ya, kemarin saya cemilan berbahan jengkol.
Jengkol sering kali jadi pilihan sebagian pecinta kuliner. Meski kata orang, buah tersebut memiliki aroma khas yang menyengat, namun tetap diburu penggemarnya.
Mengutip dari Wikipedia, Jengkol atau jering (Archidendron pauciflorum, sinonim: A. jiringa, Pithecellobium jiringa, dan P. lobatum) adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara.Â
Bijinya digemari di Malaysia (disebut "jering"), Myanmar (disebut "da nyin thee'"), dan Thailand (disebut "luk-nieng" atau "luk neang"). Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai bahan pangan.
Jengkol-atau jering selain dijadikan tumisan serta sambal juga bisa dibuat cemilan yang enak. Resep tersebut sudah teruji di Kreasi dapur yuliyanti.
Dua pekan yang lalu saya membeli jengkol satu kilogram. Kemudian saya rebus dengan campuran serbuk kopi hitam, untuk menghilangkan aroma pekat.
Setelah itu membaginya menjadi dua bagian. Tiga perempat kilo sebagai bahan sambal, sisanya saya sisihkan untuk menu lain.