Puji syukur selalu terpanjat kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa penulis dalam keadaan sehat dan bahagia.
Berkat rahmat dan izin-Nya, hingga pada saat ini masih konsisten menyalurkan ide dalam hobi menulis.
Alhamdulillah, kali ini jemari akan menorehkan rekam jejak selama beberapa purnama yang lalu.
Sejenak saya pun terdiam, mengingat segala ingatan ketika membuat akun Kompasiana. Kemudian caranya saya bisa menuangkan ide agar menjadi tulisan indah.
Penaku pun telah menari hingga pada unggahan ke 163 di laman kompasiana. Tentunya setiap anggitan menghadirkan rerupa kisah.
Dalam Seratus Enam Puluh Tiga artikel terunggah mendapat apresiasi 100 Label Pilihan dan 1 sematan AU oleh admin Kompasiana.
Â
Tertuangnya beberapa goresan menumbuhkan banyak  rasa, ada tangis bahagia membuncah kala anggitan tersemat label pilihan.
Namun, ada kalanya timbul rasa sedih bila artikel terlewatkan begitu saja. Padahal, dalam menyuguhkan pun cukup bagus, itu bukan hanya penilain saya saja.
Akan tetapi hasil penafsiran teman sesama kompasianer yang senior. Beliau lebih mengetahui dari apa yang taksaya ketahui.
Meski dari sudut pandang orang lain tulisan saya mengarah vote A U, namun lagi-lagi mentok di "Pilihan" bahkan, ada yang terlewatkan begitu saja.
Apakah hati saya sedih?
Sedih, iya, pasti. Karena merasa begitu bodohnya diri ini. Apalagi dalam menuturkan narasi takmudah, bagi fakir ilmu seperti saya.
Mungkin memang benar, saya harus banyak belajar agar kualitas tulisan lebih baik. Pula terbidik admin hingga banjir sematan Pilihan menjadi Artikel Utama.
Namun juga bermanfaat untuk kalayak, khususnya sebagai pengingat pada diri sendiri.
Meski begitu, saya tetap mengucapkan terima kasih banyak kepada admin Kompasiana yang telah meloloskan 100 artikel, meski dulu sempat dihapus gegara kefakiran saya.
Kini saya harus lebih banyak belajar memperkaya kosa kata yang sesuai kaidah. Semoga niat baik ini Allah kabulkan, aamiin.
***
Taklupa terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman sesama kompasianer yang selalu memberi rating dan suppor terbaiknya.
Meskipun terkadang saya lama dalam berbalas sapa, mudah-mudahan para sesepuh, senior dan semua kompasianer memaafkan pula memakluminya.
Semoga jejak para kawan menginspirasi setiap langkah kaki yang takhanya sekadar hobi. Namun juga untuk saling berbagi.
Terima kasih saya ucapkan kepada Para Pembaca Kompasiana yang telah menuntaskan membaca artikel. Semoga kebaikan selalu menyertai Anda di mana pun berada, aamiin.
Salam sehat selalu.
#ArtikelYuliyanti
#TulisanKe-164
#Klaten, 19 Agustus 2021
Baca Artikel Sebelumnya:"Era 2020: Mengantar ke Dunia Baru(Bagian-2-Selesai) - Kompasiana.com -Â
Baca Juga:""Era 2020: Mengapa Harus Menulis? (Bagian 1)"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H