Selamat sore pembaca Kompasiana yang budiman. Semoga di manapun Anda semua dalam keadaan sehat, pun tercapai segala hajat. Aamiin.
Kali ini, izinkan saya berbagi kisah pertama mendapatkan vaksin pencegahan covid-19, yang selama ini ditunggu-tunggu.
Alhamdulillah, suami saya mendapatkan informasi melalui pesan di WA grup tentang adanya vaksin. Setelah membaca pesan, saya mengubungi Pak Lurah bermaksud ingin memperjelas kabar tersebut. Namun, panggilan saya terjeda.
Tidak lama kemudian, Pak lurah menelepon saya, bahwa esok hari akan ada penyuntikan vaksin untuk umum di PT Globalindo.
Beliau juga menyarankan saya segera mengantarkan fotokopi KTP sesegera mungkin, bila ingin ikut serta. karena warga desa kami diberi jatah kuota vaksin 50 orang.
Akhirnya saya mencari data untuk lampiran, sempat terasa deg-deg-kan, karena hanya menemukan stok fotokopi atas nama suami saja.
Tetapi saya mencoba mencari arsip tersebut di file toko, alhamdulillah, tersisa satu lembar dan suami segera mengantar berkas tersebut.
Tidak lama kemudian, suami pulang membawa 2 lembar formulir untuk pengisian data diri. Ada beberapa kolom di lembar pendataan berikut kartu vaksin yang harus saya isi, di antaranya
Nama:
Nik   :
Nomor Hp:
Tanggal lahir:
Domisili      :
Namun ada sebagian kolom terlompati karena saya ragu, petugaskah yang mengisi, atau saya sendiri? Makanya, akan saya perjelas esok hari.
Malam itu anak saya tak henti-henti menggodai, begini katanya;