Suaranya begitu merdu lagi menggoda. Â Membuat hatiku tertawan. Setelah kencan pertama, aku minta putus saja.
Kenapa?
Ya, illfeel lah. Meskipun telah sekian lama hati terpaut dengannya. Namun, setelah kencan pertama ternyata tak selalu berakhir indah.
Begitulah kata yang pantas tersematkan dalam sekelumit cerita kala remaja.
Entah dari mana datangnya cinta, darimana pula dia dapat nomor ponsel saya. Yang kutahu takdir telah mempertemukan dengannya.
Sebut saja Lelana, seorang pria pemilik suara merdu, mampu meluluhkan hatiku. Dalam asah tembang jawa, kemampuaanya taklagi diragukan. Dikelilingi beberapa wanita berparas ayu sebagai penyanyinya. Sebuah hal yang terkadang membuat hati cemburu.
Lewat telephone kami saling bertegur sapa, hingga akhirnya bercakap mesra. Setelah beberapa bulan lamanya. Dia mengeluhkan  tentang rasa rindunya ingin bertemu dengan secara kasat mata.
"Ah, entar dulu." Jawabku waktu itu. Ada rasa sedikit ragu, entah kenapa hati pun setuju.
Setelah beberapa hari kemudian, dia pun bersikeras ingin bertemu.
 Iya, dia ngajak kencan Sahabat.
Rasa penarasan akan suara merdunya membuat hati terpancing menerima ajakan. Malam minggu pukul tujuh, dia bertandang ke rumah. Dalam cahaya remang-remang lampu jalan tak terlihat pesona raga. Baju kotak-kotak lengan panjang membalut tubuhnya jangkungnya.