Terang saja mengundang gelak tawa, saya pun melontarkan pertanyaan.
"Wartawan recehan gimana Mas?"
"Iya, jadi terima bayaran kalau pas meliput saja, kalau enggak, ya nggak bayaran."
 "Enak ya Mas, jadi wartawan?" Tanya saya lagi.
"Enak-enak susah Mbak. Kalau pas ada job jarang pulang. Seperti saat meliput acara pelantikan  Walikota Solo Mas Gibran, dua hari tidak pulang. Sibuk nulis bikin laporan, terkadang kata-kata kurang sesuai...
"KBBI, EYD, Begitukah?" Sela saya waktu itu.
"Iya, hahaha."Â
Tawanya melebar. Sore itu waktu kunjungan hanya untuk cerita saja.
Yah, lumayan sih bayarannya, Tapi tidur di balai kota. Tidak ketemu keluarga dua hari. Terkadang, saya kasihan sama anak, pada hari-hari tertentu minta ayahnya di rumah, tapi nggak bisa. La piye meneh, wong wis gaweane.")*
Beliaupun menceritakan, kantor utama tempat bekerja tidak mempermasalahkan tentang pekerjaan tersebut. Seandainya  tidak masuk kerja karena harus meliput, Pimpinan pun memaklumi pekerjaan saya, Mbak.
 "Ya, udah enjoi saja Mbak Yuli."  Katanya mengakiri kunjungan, karena harus pindah ke toko lain.