Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Ada Dua Nama di Hatimu

25 Desember 2020   12:26 Diperbarui: 25 Desember 2020   12:44 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Senandika:

Entah sudah berapa kali engkau berkata, ada dua nama terindah bersemayam di hatimu. Namun, kamu masih tetap menginginkan aku untuk berdiri kokoh di sampingmu. Mendukungmu saat berada di titik terendah, memberikan bahu saat kamu butuh sandaran. Serta menguatkan kala hatimu  rapuh.

Biarkan aku pergi. Bukankah, ada dua nama pengisi hatimu? Biar bagaimanapun usahaku untuk berada di sisimu tak akan pernah terlihat. Karena kamu hanya berpusat padanya. Ada mereka yang selalu bersemayam di hatimu. Namun, kenapa? Setiap kali aku beranjak, engkau selalu melarang dan menahanku untuk tetap di sampingmu.

Jika di hatimu ada dia, mengapa aku harus di  sampingmu? Bukankah seharusnya dia pula yang menyempurnakan kisah hidupmu?

Lalu kenapa harus aku? Kamu tahu, dengan sikapmu itu, kau  bagai menghujamkan sebilah pisau tajam tepat ke ulu hatiku.
.
.

Ada ribuan tanya yang seharusnya aku utarakan. Namun, sepatah kata pun tak bisa keluar dari bibirku saat melihatmu tersenyum. Kenapa? Karena bagiku, senyummu itu anugerah untukku. Entahlah, kenapa bisa seperti itu.

Ini permainan takdirkah?  Ataukah ujian kehidupan? Kedatanganmu hanya saat kesepian, sendirian, datang melanda. Kau butuh seseorang penyangga raga. Saat itu, terkadang air mataku luruh pun ta kau lirik. Sungguh menyedihkan, bukan?

Aku sendiri tidak tau, seberapa pentingnya dia, apa pula yang diperbuat, hingga namanya melekat erat. Harus sampai kapan aku terbawa arus tanpa muara? Aku tidak ingin tenggelam.

Kenapa harus ada dua Nama di hatimu? Biarkan aku pergi. Tentunya kamu tahu, alasan kepergianku. Engkau telah mendua, dan aku tidak ingin sejajar dengan dia.

Jika kepergianku menorehkan luka di hatimu, aku minta maaf. Sejujurnya, akulah yang paling terluka. Namun, aku tetap berusaha tersenyum menguatkan diri.

Sepeninggalku, semoga hari-harimu indah, tetap berdiri kokoh walau badai datang menerkam. Tak perlu lagi bahu tuk bersandar. Kukira, cukuplah itu saja doaku untukmu.  Seseorang yang pernah menggenggam erat jemariku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun