Mohon tunggu...
Sam
Sam Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Padi tumbuh tak berisik. -Tan Malaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelak, Hanya Bayi yang Tidak Bisa Membaca

8 September 2016   04:41 Diperbarui: 8 September 2016   04:45 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Hari Aksara Internasional 2016.

Ya, hari ini, Kamis, 8 September 2016, masyarakat di seluruh dunia memperingati Hari Aksara Internasional atau yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai International Literacy Day. Berawal dari tahun 1965, ketika beberapa perwakilan negara melakukan pertemuan dalam konferensi Tingkat Menteri Negara-negara Anggota PBB di Teheran, Iran, akhirnya UNESCO menetapkan tanggal 8 September sebagai Hari Aksara Internasional.

Mengapa Hari Aksara perlu diperingati? Kita tahu bahwa aksara adalah simbol dari sebuah bahasa dan komunikasi, di mana bahasa inilah yang bisa membuat kemajuan dalam peradaban suatu bangsa. Hari Aksara juga merupakan momentum bagi pemerintah negara-negara di dunia untuk melakukan evaluasi mengenai angka buta aksara pada masyarakatnya. 

Di Indonesia sendiri, perayaan Hari Aksara Internasional juga diperingati di beberapa daerah. Pemerintah daerah kiranya telah sadar betapa pentingnya aksara dalam kehidupan manusia. Ada yang melaksanakan lomba menulis, berbagi buku gratis, sampai pertunjukan musik sebagai kampanye perayaan Hari Aksara.

Seperti yang telah diketahui bahwa angka buta aksara di Indonesia masih cukup tinggi hingga tahun 2015. Namun demikian pemerintah boleh dikatakan berhasil dalam menangani masalah buta aksara di Indonesia, karena dari data statistik BPS, angka buta akasara dari tahun 2004 s.d. 2015 terus mengalami penurunan yang signifikan.

Pada tahun 2004, penduduk Indonesia buta aksara sebanyak 39 juta jiwa dengan rincian 10,21 juta berusia di bawah 15 tahun, 3,88 juta berusia antara 15 s.d. 44 tahun, dan 25,43 juta berusia di atas 45 tahun. Data terakhir tahun 2015 menunjukkan bahwa angka buta aksara di Indonesia berkurang menjadi 17 juta jiwa dengan rincian 4,78 juta berusia di bawah 15 tahun, 1,10 juta berusia antara 15 s.d. 44 tahun, dan 11,89 juta berusia di atas 45 tahun. Sebauh prestasi yang patut diapresiasi.

Sumber: BPS
Sumber: BPS
Jika dilihat, presentase buta aksara terbesar terjadi pada kelompok usia di atas 45 tahun. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan pada zaman dahulu ketika “kakek saya masih kecil”. Namun seiring berkembangnya zaman, mustahil orang menjadi diam terjebak dalam buta aksara di era teknologi seperti sekarang. Di mana informasi bisa di dapat secara cepat melalui telepon genggam. Kiranya, meskipun tidak sekolah, orang-orang bisa otodidak belajar membaca melalui apa yang ada di sekitarnya.

Saya yakin, suatu saat di Indonesia akan ada zaman di mana “manusia yang tidak bisa membaca hanya bayi”. Membaca adalah bagian penting dari pendidikan. Mengutip perkataan Nelson Mandela pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Sebuah dunia yang muram dan terbelakang menjadi dunia yang cerah dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun