[caption caption="Banjir di depan istana kepresidenan Jakarta. (news.liputan6.com)"][/caption]Banjir adalah masalah tahunan yang terjadi di Jakarta. Ternyata, banjir ini sudah sejak lama terjadi, bahkan pada waktu masa kolonial Belanda, beberapa tempat di Jakarta juga sudah menjadi langganan banjir. Waktu berlalu, pimpinan berganti, banjir masih eksis dan tak ada solusi yang tepat untuk menangani masalah ini.
Berbagai pihak disalahkan, mulai dari pemerintah yang tak becus membuat kebijakan, masyarakat yang jorok dengan membuang sampah sembarangan, dan baru-baru ini diduga ada pihak tertentu yang sengaja membuat ibukota kebanjiran. Untung saja bukan ‘Sang Pencipta’ yang disalahkan. Â
Isu sabotase pun menguat, dengan ditemukannya tumpukan kabel dengan total 11 truk di gorong-gorong di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta. Berbagai pihak saling tuduh dan menyalahkan, padahal hal tersebut belum tentu merupakan sabotase. Bisa saja ada kelalaian proyek, atau pihak tertentu yang memang sengaja membuang sisa kabel namun tidak tahu dampak ke depannya akan terjadi banjir. Ya, kita harus tetap menjunjung tinggi praduga tak bersalah, yang kadang kala melindungi pelaku pelanggar hukum itu sendiri.
Gubernur DKI Jakarta nan cerdas dan ganteng angkat bicara. Ahok menjelaskan bahwa ada oknum tertentu yang mendapat untung jika halaman sekitar istana berstatus siaga atau darurat banjir, karena pemerintah pusat akan mengeluarkan dana hingga 50 miliar. Benarkah apa yang dikatakan Ahok? Hanya Tuhan, Ahok, dan oknum tersebutlah yang tahu.
Ahok juga mengatakan penanganan banjir di Jakarta sudah berlangsung lebih baik dari tahun-tahun lalu, yang secara tersirat berarti lebih baik dari masa kepemimpinan gubernur sebelumnya. Tapi memang benar apa yang dikatakan Ahok, penanganan banjir di Jakarta sudah mulai membaik. Pembangunan waduk dan kanal banjir, penertiban bangunan di sepanjang sisi sungai, serta pembersihan sampah penyebab banjir sudah mulai terlihat perkembangannya.
Lantas apakah secara umum penyebab banjir di Jakarta adalah sabotase oleh pihak tertentu? Tentu saja tidak. Banjir di Jakarta adalah keniscayaan. Suka tidak suka pasti akan terjadi. Secara logika Jakarta berada di dataran rendah. Meskipun saluran air lancar atau apa pun itu, jika air laut sejajar dengan daratan, siapa yang mau disalahkan. Kecuali jika Jakarta terletak di ketinggian 3676 mdpl macam puncak Gunung Semeru, banjir kecil kemungkinan akan menyerang.
Bukan maksud tulisan ini untuk membuat pasrah akan keadaan. Jakarta masih bisa menjadi kota yang bebas banjir. Banyak langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah banjir. Masyarakat harus tetap mematuhi seluruh kebijakan pemerintah daerah terkait dengan banjir ini.
Kuatkan hati dengan tetap sabar saat banjir terjadi, jangan suka mengeluh dengan kondisi yang ada. Karena banjir bukan hanya dirasakan oleh warga Jakarta, melainkan juga seluruh daerah yang memang ditakdirkan terlanda banjir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H