Mohon tunggu...
Sam
Sam Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Padi tumbuh tak berisik. -Tan Malaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagimana Sebaiknya Menyikapi Valentine Day?

13 Februari 2016   20:49 Diperbarui: 13 Februari 2016   21:05 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber: valentinesdayimage.com"][/caption]

Ada banyak versi mengenai apa sebenarnya yang diperingati dalam perayaan Valentine Day setiap tanggal 14 Februari. Namun para sejarawan belum mendapat kesepakatan akhir mengenai apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu yang kemudian diperingati sebagai Valentine Day. Yang paling populer adalah kisah tentang Santo Valentinus yang hidup di zaman Romawi dan meninggal pada 14 Februari 269 M.

Salah satu versi lain menyebutkan bahwa Valentine Day berasal dari perayaan hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Menurut ceritanya yang saya baca, memang banyak peristiwa dalam hari raya Lupercalia tersebut yang menyimpang atau tidak cocok jika dilakukan di negara dengan budaya timur seperti Indonesia. Baca di sini.

Di zaman modern seperti sekarang ini, perayaan Valentine Day tetap dilakukan, tidak saja di Eropa tapi di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Perayaan yang dilakukan bermacam-macam, mulai dari memberikan kado kepada pasangan, pesta minuman, sampai dengan melakukan kemaksiatan dengan pasangannya dengan dalih kasih sayang. Inilah awal mula kontroversi perayaan Valentine Day yang banyak ditolak oleh banyak pihak.

Kita sebagai orang yang hidup di Indonesia tentu tidak bisa dengan seenaknya merayakan Valentine Day seperti yang dilakukan di Eropa karena akan dianggap sebagai penyimpangan norma. Namun tidak ada larangan hukum atau norma untuk merayakan Valentine Day jika mengisinya dengan hal-hal yang positif. Seperti memberi kado kepada istri atau membagi-bagikan cokelat gratis kepada anak sekolah.

Kebiasaan orang Indonesia adalah gampang men-judge “haram” sesuatu yang tidak sesuai dengan pandangannya, entah itu pandangannya sendiri atau akibat dari terprovokasi. Jangan jadi manusia seperti ini mengingat Indonesia adalah negara yang penuh dengan toleransi. Bagaimana reaksi kalian jika orang lain men-judge haram sesuatu yang kalian lakukan? Pasti tidak terima. Inilah yang menyebabkan awal mula tumbuhnya bibit-bibit konflik yang jika dibiarkan akan terus membesar dan akhirnya meletus di klimaksnya.

Seperti perayaan-perayaan lain, ada sisi positif dan negatif yang ada pada Valentine Day. Kita harus bisa memilih dan memilah mana positif dan mana negatif. Karena pada dasarnya, Valentine Day, terlepas dari sejarahnya dan sangkut pautnya dengan agama tertentu, merupakan hari kasih sayang yang baik untuk pasangan yang sudah menikah.

Dengan memanfaatkan momen di hari tersebut, suami bisa memberikan kado istimewa kepada istrinya untuk mempererat hubungan dan menambah keharmonisan rumah tangga. Atau untuk pasangan yang sedang mengalami konflik rumah tangga, dengan momen Valentine Day bisa lebih mudah untuk menjadi damai kembali. Masih banyak lagi hal positif yang bisa dilakukan.

Jadi bagaimana sebaiknya kita menyikapi perayaan Valentine Day? Pertama, lebih baik diam daripada men-judge haram akibat terprovokasi jika tidak tahu apa-apa. Kedua, mengingatkan secara baik-baik kepada mereka yang melakukan penyimpangan norma dengan mengatas namakan Valentine Day. Ketiga, jika menganggap Valentine Day bagaimanapun tidak sesuai dengan norma yang ada, maka jangan merayakan, dan hormatilah orang lain yang merayakan. Terakhir, selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun