Mohon tunggu...
Yulia Wardani
Yulia Wardani Mohon Tunggu... Karyawan -

Gadis Minang yang menyukai literasi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Untukmu, Malaikatku

11 September 2015   13:48 Diperbarui: 11 September 2015   13:48 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Untukmu, Malaikatku.

Maaf, bila aku sedikit berjarak denganmu. Mungkin aku yang terlalu sibuk dengan diriku, dengan duniaku, hingga terlupa bahwa ada Engkau yang selalu menunggu kabarku, ada Engkau yang selalu mengkhawatirkanku dimanapun aku berada. Ada Engkau yang selalu merajut doa-doa terindah untukku. Mafkan aku. Bahkan hingga hari ini aku masih tertatih memunguti kepingan-kepingan luka itu. Ini semua salahku. Aku yang tak mau mendengar katamu dan terus saja berpikir bahwa apa yang kujalani adalah benar. Tapi kini, kumenyadari bahwa egoku ternyata salah. Keras hatiku pada akhirnya membawa luka dan sesal. Seharusnya katamulah yang selalu kudengar, Malaikatku.

Sungguh. Aku bersyukur memilikimu sebagai yang terpenting dalam hidupku. Engkaulah yang selalu mengerti aku. Engkaulah yang sekalipun tak pernah menyalahkanku. Engkau yang selalu menguatkanku dan Engkau pula alasan kuharus kuat dan tak menyerah.

Duhai Engkau, Malaikatku.

Terlalu lelah hati ini melewati semuanya. Terlalu letih jiwa ini untuk kembali tegak berdiri. Namun, kutahu, doa-doamu mampu membangkitkan lagi semangat hidupku. Biarlah kutautkan lagi hati yang terlanjur patah. Semoga esok lusa waktu berbaik hati mengutuhkannya kembali. Aku berjanji padamu, tak akan membiarkan seorangpun menabur luka itu lagi di sini. 

Andai saja aku sanggup melipat jarak, aku sudah berlari padamu. Melemparkan tubuhku ke dalam pelukkanmu. Aku rindu bersandar di pundakmu dan menangis sepuas yang kumau. Lalu, membiarkanmu mengusap lembut air mataku dan berkata, "Bersabarlah! Akan kau temukan yang lebih baik. Selalu ada yang terbaik."

Dan, aku selalu percaya itu.

Duhai Engkau, malaikatku.

Jika kupikir ulang, mungkin aku tak akan sanggup bertahan melewati tahun-tahun sulit dalam hidupku. Namun, Engkau selalu menguatkanku, membantuku untuk terus berpijak di tempat yang seharusnya. Engkau yang selalu percaya bahwa aku bisa. Dan, ya, aku bisa melewatinya sesulit apapun itu. Teruslah menggenggam tanganku, jangan pernah Engkau lepaskan, karena sekali terlepas mungkin aku tak akan sanggup berdiri lagi.

Sungguh, akan kulakukan yang terbaik untukmu, menjadi yang terbaik untukmu. Meskipun aku tak pernah bisa membanggakanmu, tapi, aku percaya bahwa Engkau akan selalu mencintaiku. Engkau akan selalu mendoakan kebaikan untuk hidupku, untuk impian-impianku.

Sungguh, maafkan aku. Mungkin sejenak aku terlupa bahwa engkaulah cinta itu. Engkaulah yang seharusnya lebih aku cintai di atas siapapun, Malaikatku. Sungguh, aku mencintaimu lebih dari segalanya. Kumohon padamu, teruslah menggenggam tanganku, jangan pernah Engkau lepaskan, karena sekali terlepas mungkin aku tak akan sanggup berdiri lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun