Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Pesona Keindahan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

8 November 2024   16:28 Diperbarui: 9 November 2024   16:46 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan di TNBTS, dokumentasi pribadi 

Bus yang kami tumpangi terus msuk menuju area parkir rest area Gubuk Klakah. Hujan yang tadinya rintik-rintik terus turun semakin deras. Kami segera berteduh. 

Agak khawatir juga rasanya jangan jangan hujan akan turun terus sehingga kami tidak bisa  menikmati indahnya panorama yang akan kami eksplore siang ini. Ya, hari ini kami akan mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Perjalanan dari Malang terasa menyenangkan. Ada dua bus yang mengangkut kami dengan peserta sekitar 50 orang. Bus berangkat kira-kira pukul delapan pagi.

Di Pawon Omah Tumpang kami istirahat sejenak untuk melaksanakan acara perpisahan dengan Kepala Sekolah. Sesudah shalat dhuhur kami berangkat menuju rest area Gubuk Klakah sebelum menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Pemandangan di rest area Gubug Klakah, dokumentasi pribadi
Pemandangan di rest area Gubug Klakah, dokumentasi pribadi
Menunggu beberapa jenak di rest area bukan hal yang membosankan. Sambil ngobrol kami menikmati pemandangan indah di rest area. Pepohonan di sana sini juga taman yang tertata apik tampak begitu indah dalam balutan gerimis yang tiada henti.

Tak berapa lama leader kami mengumumkan bahwa jeep telah datang. Ya,  eksplor siang ini akan kami lakukan dengan jeep dimana tiap jeep memuat 6 orang termasuk sopir.

Di dalam Jeep, dokumentasi pribadi 
Di dalam Jeep, dokumentasi pribadi 

Kami memasuki mobil kecil berwarna kuning itu  Alamak...seumur- umur baru kali ini saya naik jeep. Tinggi sekali tempat pijakan kakinya pikir saya. 

Geli juga rasanya melihat kami begitu kesulitan saat naik jeep. Kami saling membantu. Tapi itu hanya di awal saja. Sesudahnya naik turun jeep sudah menjadi hal yang biasa.

Jalan menuju TNBTS, dokumentasi pribadi 
Jalan menuju TNBTS, dokumentasi pribadi 

Jeep terus melaju di jalanan yang berkelok kelok. Driver kami Mas Hanafi sangat handal juga ramah. Banyak cerita dari Mas Hanafi tentang jalan sekitar kami. 

Obrolan di dalam Jeep terasa rame. Sambil bergurau Mas Hanafi cerita bahwa baru kali ini dia membawa satu jeep isinya emak emak semua ke Bromo. Makanya rame. Aha....!

Diterangkan oleh Mas Hanafi bahwa jalan menuju Bromo bisa dilakukan lewat empat jalur yaitu dari  Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Tak terasa kami sudah memasuki gerbang Selamat Datang di kawasan Coban Trisula Kabupaten Malang. 

Mas Hanafi mengurangi kecepatan Jeep untuk memberi kesempatan kami memotret sebentar.

Coban Trisula Kabupaten Malang, dokumentasi pribadi 
Coban Trisula Kabupaten Malang, dokumentasi pribadi 

Tentang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)

TNBTS adalah sebuah taman dengan bentangan dari timur ke barat sekitar 20-30 km dan dari Utara ke selatan sekitar 40 km. 

Luas wilayah TNBTS sekitar 50.276,3 ha dengan kaldera pasir seluas kira kira 6290 ha. 

Taman ini terletak di wilayah administratif Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Lumajang.

Dalam sebuah Kongres Taman Nasional Sedunia pada tahun 1982 di Bali, taman tersebut ditetapkan sebagai taman nasional dengan pertimbangan karena alam dan lingkungannya yang perlu dilindungi serta bermacam-macam potensi tradisional kuno yang perlu terus dikembangkan. 

Kemudian pada tanggal 12 November 1992, pemerintah Indonesia meresmikan kawasan Bromo Tengger Semeru menjadi taman nasional.

Ada berbagai tempat wisata yang ada di TNBTS, karena kami datangnya siang hari kami hanya akan mengunjungi Padang Savana, Bukit Teletubbies, Pasir Berbisik, Widodaren dan Kawah Bromo sekaligus mengejar sunset.

Foto bersama, dokumentasi pribadi
Foto bersama, dokumentasi pribadi
 Jeep kami mulai memasuki wilayah Padang Savana dan dilanjutkan ke Bukit Teletubbies yang di dalamnya terdapat Lembah Watangan. 

Subhanallah. Luar biasa indah.   

Hamparan padang rumput yang luas dengan gundukan bukit- bukit kecil yang ditumbuhi tanaman hijau mirip di film Teletubbies. Cantik sekali. Teman kami guru agama terdiam kemudian berkata, "Nikmat Tuhan yang mana yang akan kamu dustakan?"

Pasir berbisik, dokumentasi pribadi 
Pasir berbisik, dokumentasi pribadi 

Perjalanan dilanjutkan kembali dan kami menuju Pasir Berbisik. Lautan pasir berwarna hitam kelabu tampak begitu eksotis dengan alur riak- riaknya.

 Beberapa orang tampak mengendarai motor trail di hamparan pasir tersebut. Semua tampak indah. Tidak heran jika tempat ini sering dijadikan lokasi pembuatan film. 

Dari Pasir Berbisik perjalanan kami lanjutkan ke Bukit Widodaren. Bukit yang tak begitu tinggi tapi menyimpan keindahan yang tiada tara. Alur-alur yang ada di sepanjang badan bukit adalah pemandangan yang sangat mempesona.

Bukit Widodaren, dokumentasi pribadi 
Bukit Widodaren, dokumentasi pribadi 

Dari Widodaren kami melanjutkan perjalanan ke kawah. Berbeda dengan area lainnya , di sekitar tempat ini suasana agak ramai. Banyak yang berjualan atau orang orang menawarkan kuda untuk dinaiki hingga kaki kawah.

Beberapa teman naik tangga menuju kawah, sementara yang lain cukup berfoto-foto di area tersebut.

Saya sendiri berjalan dengan seorang teman menuju kaki kawah tapi tidak ikut naik. 

Melihat banyaknya tangga kok tidak berani..he..he...

Di sepanjang jalan yang kami lalui banyak papan peringatan untuk para pengunjung. Semua peringatan berkaitan dengan ajakan untuk menjaga lingkungan Taman Nasional. Meski ironisnya ada beberapa sampah botol plastik yang dibuang sembarangan.

Area menuju kawah, dokumentasi pribadi 
Area menuju kawah, dokumentasi pribadi 

Dari beberapa informasi jumlah tangga ada 250 atau 252. 

Di area dekat jalan naik menuju kawah saya duduk di sebuah kedai sambil memesan mie dalam cup dan minuman jahe. Subhanallah... itu adalah mie terlezat menurut saya.

Papan peringatan untuk pengunjung, dokumentasi pribadi
Papan peringatan untuk pengunjung, dokumentasi pribadi
Kombinasi rasa lelah dan lapar membuat mie soto sore itu terasa begitu mantap.

Sambil berbincang-bincang dengan Bu Agus dan Pak Agus sang pemilik kedai yang juga orang asli Tengger, kami menikmati senja sambil melihat orang- orang yang berlalu-lalang.

Bapak dan Ibu Agus bercerita tentang meriahnya upacara Kasada yang selalu dilakukan oleh warga sekitar Bromo.

Kedai di jalan ke arah kawah, dokumentasi pribadi 
Kedai di jalan ke arah kawah, dokumentasi pribadi 

Ketika matahari semakin redup kami berjalan kembali menuju tempat parkir jeep. Menurut Bapak Agus sang pemilik warung seharusnya kami ke Bukit Cinta untuk melihat sunset. Tapi badan sudah terasa capek dan pegal serta beberapa teman yang naik ke kawah belum juga turun.

Habis Maghrib kami kembali naik jeep untuk balik ke rest area. Jalanan mulai gelap. Dengan sigap Mas Hanafi membawa kembali kami melalui jalan yang berkelok- kelok.

Perjalanan di TNBTS, dokumentasi pribadi 
Perjalanan di TNBTS, dokumentasi pribadi 

Sebuah hari yang indah. Berjalan-jalan ke Bromo membuat kami merasa begitu kecil berhadapan dengan agungnya ciptaan Yang Kuasa. 

Betapa tidak berdayanya manusia di hadapan kebesaran dan kekuasaan-Nya.

Bumi dengan segala keindahannya telah memberi banyak pada kita, karenanya sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu menjaga dan melestarikannya.

Salam jalan- jalan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun