Pagi itu tiba tiba ada sebuah cup plastik kecil di meja saya. Dari seorang teman. Penasaran saya segera membuka. Dan ternyata isinya bumbu pecel... .
Wuih mantap... . Sudah lama saya tak bikin pecel, pikir saya.Â
Saya ambil sedikit dan saya icipi. Enak.
Menilik dari rasanya sepertinya bumbu pecel khas Blitar. Kacangnya agak kasar, rasa pedas dan manisnya begitu kuat.
Keesokan harinya, saya ada janji untuk mengantar teman yang akan balik ke Bandung. Di pintu stasiun teman saya tiba- tiba memberikan bingkisan dalam sebuah tas kecil.Â
Ketika ngobrol di sebuah kedai sambil menunggu jam, saya buka tas tersebut. Isinya? Subhanallah, bumbu pecel lagi.
Jelas tertera dalam kemasannya bahwa ini adalah bumbu pecel khas Madiun.
Alhamdulillah, kehadiran bingkisan sambel pecel dua hari berturut-turut membuat keinginan saya untuk membuat tulisan tentang pecel makin membara.Â
Apalagi pecel, makanan kebanggaan kita mendapat predikat yang membanggakan baru- baru ini, yaitu dinobatkan sebagai salah satu salad terbaik di dunia.
Pecel. Siapa yang tidak kenal hidangan ini? Bagi kami warga Jawa Timur pecel adalah hidangan khas yang bisa kami temui di banyak warung. Karenanya tak heran jika banyak antara kami yang mengagendakan pecel sebagai menu sarapan setiap hari.