Saya mendapatkan novel ini sekitar akhir Juni. Edisi khusus. Ya, karena di dalam ada tanda tangan penulisnya.
Novel dengan cover kombinasi warna hitam, putih dan merah ini terdiri atas 292 halaman. Di bagian dalam dilengkapi dengan beberapa ilustrasi yang membuat novel ini tampil menarik .
Novel dibuka dengan adegan pembantaian keluarga Giok Soen Tang di halaman Klentheng  oleh tentara Jepang pada tahun 1942 di Batavia. Keluarga tersebut dibantai karena menolak mengibarkan bendera Jepang.
Dalam waktu singkat tujuh anggota keluarga Giok Soen Tang dibunuh oleh tentara Jepang  dan ternyata menyisakan satu anak Giok Soen Tang.
Anak yang selamat ini membaca mantra pengundang Dewi Ular karena ia memiliki batu Qi-Sha yang merupakan pusaka warisan keluarga Giok.
Mantra itu membuat siluman ular putih Bai Suzhen datang dan membuat tubuh tentara Jepang saat itu hancur seperti dimakan rayap.
Jujur, sesudah membaca buku ini sampai bagian itu saja saya merasa ngeri. Tapi begitu membaca lanjutannya dan ada gambar ilustrasi cantik wajah Suci Arkadewi saya kembali  membaca novel ini hingga habis.
Setting cerita beralih pada delapan puluh satu tahun kemudian dimana terjadi pembunuhan keji atas seorang pengusaha muda di rumahnya.
Jasad korban hancur seperti dimakan rayap dan petunjuk pembunuhan hanya secarik kertas tua berisi mantra salam bahasa Mandarin.
Suci Arkadewi sebagai presenter pemula mendapatkan tugas untuk membawakan acara breaking news yang meliput masalah tersebut  dengan melakukan  wawancara terhadap seorang paranormal bernama Suhu Yong Min.