Saat itulah Tyo  dan cucu-cucu yang lain baru tahu bahwa Mbah Salinem bukan nenek mereka sebenarnya.Â
Cover depan novel Rahasia Salinem, dokumentasi pribadi
Mbah Nem sebenarnya  adalah pembantu dalam keluarga mereka. Tapi karena begitu dekat dan penuh kasih sayang, mereka mengira Mbah Nem adalah nenek mereka sendiri.
Penasaran bagaimana bisa Mbah Nem memiliki kedudukan yang begitu istimewa dalam keluarga mereka, Tyo terus melakukan investigasi dengan bertanya pada ayah, paman, bibi bahkan orang yang tak sengaja mereka 'temukan' di Surakarta ketika ia dan bulik Ning nya ingin bernostalgia di rumah Prawit Solo.
Tentang Salinem sendiri, ia mempunyai masa kecil yang suram. Ibunya meninggal saat dia lahir. Salinem dibesarkan di bawah asuhan Salimun ayahnya dan Daliyem adik ibunya.
Salimun seorang kusir kereta kuda kesayangan Wedana, sementara Daliyem seorang penjual pecel. Karena tidak ada yang menunggu, setiap hari Salinem ikut bibinya berjualan di pasar.
Seiring berjalannya waktu, karena prihatin melihat Salinem yang setiap  hari dititipkan bibinya yang berjualan di pasar, Pak Wedana menawarkan pada Salimun agar anaknya tinggal di rumahnya. Kebetulan Pak Wedana mempunyai anak perempuan yang juga memerlukan teman yang bernama Soeratmi
Singkat cerita Salinem akhirnya tinggal di Kawedanan dan  semakin akrab dengan Soeratmi. Ia juga bersahabat dengan Kartinah yang juga sahabat Soeratmi.
Persahabatan yang tulus antara ketiganya membuat mereka sejenak melupakan bahwa derajat mereka tidak sama. Tapi Salinem tetap menanamkan pada dirinya bahwbegitua dia adalah abdi, dan selalu memanggil kedua sahabatnya dengan ndara.
Ketika semakin dewasa Soekatmo, kakak Soeratmi jatuh cinta pada Kartinah dan akhirnya menikah. Salinem mengikuti Kartinah dan menjadi saksi jatuh bangun keluarga Kartinah sejak kedatangan Jepang, zaman kemerdekaan dan tahun 1965.