Tak berapa lama lima piring rujak cingur sudah terhidang di depan kami. Amboi, porsinya lumayan besar dengan tampilan yang menggiurkan. Bumbu kacangnya demikian melimpah membalut sayuran, potongan lauk yang berisi tahu, tempe, cingur dan tak ketinggalan potongan buah.
Hadirnya satu piring penuh kerupuk parabola dan minuman menemani kami  mengeksekusi rujak cingur siang itu.
Tentang Rujak Cingur dan Rujak Uleg
Rujak cingur adalah satu jenis makanan  tradisional dari Surabaya. Karenanya makanan ini sangat mudah ditemukan di daerah-daerah di Jawa Timur.
Cingur berarti mulut, dan dalam hal ini yang digunakan adalah mulut sapi yang direbus dengan bumbu dan dimasukkan dalam hidangan rujak.
Menurut sejarah, rujak ini dibawa oleh para pendatang dari Madura ke Surabaya sekitar tahun 1930. Pada mulanya hidangan rujak cingur menggunakan petis asli Madura yang terbuat dari ikan cakalang. Tapi sesudah masuk ke Jawa petis ikan cakalang diganti dengan petis udang.
Rujak cingur terdiri atas aneka lauk yaitu tempe, tahu, kadang juga menjes dan cingur, dicampur dengan aneka sayur seperti kangkung, bayam atau kobis dan taoge serta aneka buah.
Semua bahan makanan tersebut lalu diberi bumbu yang terbuat dari kacang tanah yang digoreng lalu dihaluskan, petis, asam, bawang , cabai dan serutan pisang biji yang masih muda (pisang kluthuk). Yang terakhir ini membuat rujak cingur mempunyai aroma yang sedap dan sangat khas.
Ada dua cara menyajikan rujak cingur yaitu "matengan" dan "biasa". "Matengan" maksudnya bahan makanan yang dipakai semua sudah direbus atau digoreng, jadi berisi sayur, lauk, tanpa buah-buahan, sedangkan "biasa" berarti dengan menggunakan aneka buah- buahan seperti nanas, bengkoang, mangga muda juga mentimun.Â