Le, Sabtu kita bersih- bersih rumah ya...," kata saya pada anak saya sore itu. Hari itu Selasa sore. Saya pulang dari mengajar, anak saya dari PPL.Â
"Enggeh," jawabnya singkat.
Bersih- bersih dan merapikan rumah adalah agenda rutin kami tiap menjelang Lebaran. Sebenarnya kegiatan bersih-bersih sudah dilakukan setiap hari. Nah, menjelang Lebaran lebih diarahkan pada merapikan rumah. Termasuk merapikan rak buku, dan ruangan- ruangan di rumah. Penyebabnya jelas, karena Lebaran biasanya banyak tamu, 'kan malu kalau rumahnya tidak rapi.
Mengapa kami pilih hari Sabtu? Jumat adalah hari terakhir sekolah di bulan puasa ini. Jadi Sabtu ini kami  sudah 'lodhang'rasanya.
Sejak dulu bersih-bersih rumah jelang Lebaran seperti sebuah ritual di kampung saya. Ketika itu tembok-tembok ataupun pagar dicat, bahkan pintu juga jendela. Jadi menjelang Lebaran banyak rumah yang berganti wajah menjadi lebih cerah.
Bersih- bersih rumah membawa rezeki tersendiri bagi para tukang bangunan di kampung. Banyak yang meminta bantuan mereka untuk mempercantik penampilan rumahnya, karenanya menjelang Lebaran untuk memesan jasa  para tukang kami harus antre.
Berbeda dengan tahun sebelumnya tahun ini saya berencana tidak minta tolong pada tukang.Â
Karenanya ketika anak saya bertanya apakah saya sudah telepon Pak Samad tukang langganan kami, saya menjawab tidak.Â
Ya, di samping untuk penghematan, penyebab lainnya adalah karena yang akan dicat hanya area dapur saja. Dan akhirnya tahun ini saya putuskan untuk bersih bersih rumah tanpa tukang.
Pagi ini kegiatan bersih- bersih dimulai. Membongkar rak piring, menyikat bak cuci piring, membersihkan kompor dan terakhir mengecat. Alhamdulillah sekitar habis ashar kegiatanpun selesai. Dapur sudah lumayan lebih rapi dari biasanya. Besok rencananya kami akan bersih bersih ruangan yang lain.
"Akhirnya selesai..," kata anak saya lega.
"Alhamdulillah, tanpa tukang pula," sahut saya sambil tersenyum senang. Meski tidak sebagus pekerjaan Pak Samad, tapi lumayan lah. Suasana dapur jadi lebih cerah.
Ketika kami duduk sambil melepas lelah, tiba-tiba..,"Gubrakkk !"
Terdengar suara yang begitu keras dari arah ruang belakang. Suara tersebut diikuti oleh suara kucing berkelahi dan kejar-kejaran di atas genteng.Â
Ampun... kucing kerah ini, pikir saya.
Anak saya segera berlari ke belakang.
"Buk, coba lihat," kata anak saya setelah melihat sumber suara. Bergegas saya ke ruang belakang. Astaga.... Saya begitu terkejut. Tampak di bagian atas ruang belakang gentengnya ambrol dan kayunya patah. Rupanya perkelahian kucing tadi begitu seru sampai patah kayunya. Sebelumnya memang sudah kami tengarai agak lapuk kayu- kayu di bagian itu.
Ada lubang menganga di bagian atas ruang belakang saya. Kalau hujan pastilah nggrojog itu. Tanpa pikir panjang saya berkata pada anak saya.Â
"Le, tolong ambilkan HP Ibuk ," kata saya.
Bergegas anak saya mengambil HP dan menyerahkan ke saya. Saya memotret lubang yang menganga tersebut, lalu mengirimkan fotonya pada seseorang.
"Ibuk WhatsApp siapa?" tanya anak saya.
"Pak Samad Le, ternyata Lebaran ini kita tetap pakai tukang," jawab saya sambil mulai mengetikkan pesan di bawah foto yang saya kirimkan.
"Pak Samad, minta tolong besok ke rumah ya....,"
Salam Ramadhan...:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H