" Jadi belanja , Buk?" tanya anak saya. Seperti biasanya ia yang bertugas untuk belanja ke pasar karena pasar dekat rumah saya bukanya sore hari.
Saya segera mengambil dompet.Â
"Seperti biasanya ya Le, ayam satu kilo, telur satu kilo, sop-sopan..." kata saya sambil menyodorkan selembar uang ratusan ribu, dan mendiktekan apa lagi yang harus dibeli.
Tanpa banyak kata anak saya segera berangkat ke pasar sementara saya meneruskan pekerjaan rumah.Â
Tak lama berselang anak saya datang. "Buk, uangnya tidak cukup, beberapa tak terbeli, ayam naik, telur naik..., " katanya.
Walah, hal yang selalu terjadi tiap bulan Ramadhan .. semua serba naik.. dan alasannya selalu sama karena mau lebaran, batin saya.
Kita  para Ibu tentunya  hafal dengan kondisi tersebut. Semua harga naik saat Ramadhan,  dan sepertinya tahun ini agak diperparah dengan kenaikan harga beras dan telur yang agak istimewa.
Karenanya bulan Ramadhan adalah saat dimana belanja kita melampaui target biasanya. Di samping karena banyak terjadi kenaikan harga, juga karena kita ingin mengistimewakan bulan Ramadhan dengan konsumsi yang lebih dari biasanya.
 Salahkah? Tidak juga yang penting apa yang kita lakukan  tidak mengganggu kesehatan finansial kita dalam artian sampai tekor bahkan hutang ke sana kemari.