Diskusi baru saja selesai. Setelah berbagai tanggapan dibahas, saatnya pembelajaran dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Guru memandang siswa sejenak.
"Bagaimana ? Ada pertanyaan?" tanya guru pada kelas.
Siswa diam. "Sudah jelas, Bu," sahut beberapa siswa.Â
Bu guru tersenyum, lalu meminta siswa mengambil alat tulisnya sambil berkata,"Silakan dicatat."
Tanpa banyak kata siswa membuka buku catatan dan mulai menulis kesimpulan pembahasan materi hari itu yang masih terpampang di layar LCD.
***
Mencatat. Kegiatan satu ini mulai jarang dilakukan siswa di kelas. Setidaknya itulah yang saya amati semenjak pembelajaran daring semakin santer dilakukan di masa pandemi.
Ya, kondisi yang memaksa demikian. Jangankan untuk mencatat, tugas saja sering diabaikan. Bukan hanya karena penguasaan IT yang masih kurang, namun juga kontrol guru yang kurang maksimal ketika pembelajaran dilakukan di rumah.
Saat pembelajaran daring, materi yang disampaikan hampir tidak pernah dicatat oleh siswa di buku secara manual.Â
Materi penting biasanya discreen shoot atau didown load untuk kemudian disimpan di dalam HP atau laptop.
Ketika pembelajaran berlangsung luring lagi, rupanya kebiasaan tidak mencatat masih melekat pada diri siswa.
Sering di akhir pelajaran, ketika perlu "merekam" materi hari itu, siswa berkata,"Bu, mohon izin memotret..,".
Maksudnya mereka ingin memotret materi yang terpampang di LCD.
Zaman sudah berubah, pikir saya saat itu. Jika kita dulu berusaha cepat- cepat menulis, kini cepat-cepat memotret. Perkiraan saya, sampai di rumah pasti mereka akan menyalin hasil pemotretannya di buku.
Tapi apa yang terjadi? Setelah satu bab berlalu dan saya akan mengadakan ulangan, saya cek buku catatan anak-anak banyak yang masih kosong.
"Lho, yang dipotret dulu bagaimana? Tidak disalin?" Tanya saya.
"Lho, kan sudah disave di hp, Bu," jawab mereka. Aha..
Apa akibatnya?
Konsep banyak yang tidak tersampaikan secara utuh dengan ditandai dengan banyak siswa yang mendapatkan nilai kurang dari standard yang diharapkan.
 Ya, rupanya tidak adanya catatan sangat berpengaruh pada pemahaman mereka terhadap sesudah materi. Tidak adanya catatan ternyata membuat mereka agak kesulitan ketika harus menggali lagi ingatan tentang suatu hal.
Betapa pentingnya membuat sebuah catatan tidak perlu ditanyakan kebenarannya. Lihatlah di masa lalu, seorang penjelajah selalu menuliskan kisah perjalanan mereka mengabadikan peristiwa apa saja yang mereka alami.
Marcopolo, Ibn Batutah adalah sebagian contoh orang-orang yang mengabadikan kisah perjalanannya dalam sebuah catatan sehingga bisa dijadikan rujukan tatkala kita akan belajar sejarah.
Ya, catatan tidak hanya bermanfaat bagi pembuat catatan itu sendiri, tapi juga bagi orang lain yang ingin belajar dengan topik yang sama.
Seiring dengan kemajuan teknologi, mencatat tidak selalu harus menggunakan pena, bolpoin dan kertas. Namun mencatat bisa dilakukan dengan menggunakan gadget kita.
Bahkan pada banyak event sekarang ini, saat mencatat kita lebih banyak menggunakan hp dari pada tulisan tangan. Ya, sejak pembelajaran sering menggunakan gadget, menulis dengan tangan sudah lebih jarang dilakukan.
Nah, di antara keduanya, menulis dengan tangan dan mengetik dengan gadget, manakah yang lebih baik?
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap sekitar 36 mahasiswa di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia diketahui bahwa menulis dengan tangan bagus untuk pembelajaran dan memori ( link sumber di bawah).
Meskipun menulis dengan gadget memang lebih cepat, tapi menulis dengan tangan lebih mengaktifkan semua bagian otak. Menulis dengan tangan ternyata lebih memberikan tantangan pada otak daripada menekan tombol-tombol pada gadget kita.
Dari berbagai sumber, diperoleh keterangan bahwa keunggulan dari mencatat atau menulis dengan tangan adalah:
1. Menulis dengan tangan memberikan kebebasan grafis untuk memuat sketsa infografis, menggunakan kosa kata yang diinginkan dan mengatur tata letak. Hal ini sangat cocok untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual
2. Menulis dengan tangan lebih meningkatkan proses belajar. Menurut penelitian ilmu psikologi yang dilakukan oleh Daniel Oppenheimer di University of California, saat menulis dengan tangan area otak yang terkait dengan ingatan dan pemahaman lebih banyak dilibatkan dibanding menulis dengan gadget. (link sumber di bawah)
3. Melatih estetika. Beberapa orang suka memberikan hiasan karena mereka memiliki ketrampilan yang baik dalam kursif dan kaligrafi. Untuk orang seperti ini biasanya lebih suka menulis dengan tangan karena bisa sebagai sarana menyalurkan hobi mereka.
4. Menulis dengan tangan membuat kita lebih fokus. Bisa dipahami karena dengan gadget 'gangguan ' untuk membuka aplikasi lain begitu besar sehingga sering membuat kita tidak begitu konsentrasi.
Lalu bagaimana dengan menulis atau mencatat dengan menggunakan gadget?Â
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI gadget adalah peralatan elektronik yang di gunakan seluruh lapisan masyarakat setiap harinya.
 Gadget atau gawai adalah teknologi yang mampu mempermudah manusia di berbagai aspek kehidupan. Gadget bisa berupa smartphone, notebook, laptop, iPhone dan lainnya.Â
Ada banyak kelebihan mencatat dengan menggunakan gadget, di antaranya adalah:
1. Lebih cepat, terutama ketika kita perlu mengambil tulisan dari sumber lain. Dalam membuat tulisan, tak jarang kita harus mengambil rujukan dari sumber lain. Ini lebih cepat dilakukan dengan gadget, apalagi jika harus browsing terlebih dahulu.
2. Untuk laporan dengan format tertentu, misal jenis huruf yang ditentukan, batas kiri kanan dan ukuran huruf tertentu, tentunya kita harus menulis dengan menggunakan gadget.
3. Bisa menyimpan berbagai macam dokumen dengan lebih aman dan praktis . Ya, menyimpan berbagai dokumen dalam gadget akan lebih praktis dan aman daripada dalam tumpukan lembaran kertas yang juga beresiko rusak.
Akhirnya sebagai bagian dari proses pembelajaran mencatat adalah hal yang sangat diperlukan, karena dengan mencatat, ilmu yang kita peroleh akan lebih awet dalam ingatan.Â
Karena hakekatnya jika kita membaca, berarti kita belajar satu kali, sementara jika kita menulis atau mencatat berarti kita belajar dua kali.
Menggunakan tulisan tangan ataupun dengan gadget dua-duanya penting tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
Yang penting catat dan catat. Seperti sebuah kata bijak dari Imam Syafii ra yang mengatakan bahwa ilmu itu ibarat buruan,maka ikatlah ia dengan mencatatnya.
Semoga bermanfaat dan salam edukasi.
Referensi:
https://www.masterclass.com/handwriting-vs-typing
https://www.instagram.com/p/C213CrWvF3a/?igsh=ZDN5bXNhZnR0ZTE5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H