Ruangan BK terasa sedikit hening. Seorang siswa tertunduk. Di sebelahnya orang tua siswa menatap anaknya dengan wajah prihatin, sementara di hadapan keduanya guru BK sedang mengamati keduanya setelah sebelumnya memberikan pengarahan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan siswa.
Rupanya siswa ditengarai melakukan bullying pada salah seorang temannya sehingga temannya tersebut merasa tidak nyaman di sekolah.Â
Tindakan yang sangat merugikan ini akhirnya diketahui setelah adanya laporan dari beberapa siswa lain. Ya, banyak korban dari tindakan bullying yang enggan melapor sehingga kasusnya tidak bisa segera ditangani.
Bullying adalah tindakan yang sering terjadi di sekolah. Tindakan bullying bisa dilakukan baik oleh siswa maupun guru.
Dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata dari seluruh kasus bullying di sekolah, 50% terjadi di jenjang SMP, 23% di jenjang SD, 13,5% di jenjang SMA, dan 13,5% di jenjang SMK.
Tidak hanya masalah bullying yang muncul di sekolah. Tindak kekerasan, intoleransi juga merupakan PR dunia pendidikan yang harus segera diatasi.
Berbagai masalah yang muncul di dunia pendidikan tentunya memerlukan kesigapan guru dalam memahami dan menangani masalah. Jangan sampai karena tidak paham dengan cara mengatasi masalah, kasus yang muncul diselesaikan justru dengan kekerasan, yang berakibat tindak kekerasan semakin marak di sekolah.Â
Kemampuan guru dalam memahami siswa dan berbagai masalah di sekolah bisa diasah dengan saling sharing, dan selalu belajar.Â
Di era sekarang belajar tentang berbagai masalah tersebut bisa dilakukan dengan mandiri lewat Platform Merdeka Mengajar (PMM). Di PMM berbagai masalah dibahas dengan lengkapi juga dengan penyebab hingga penanganannya.
Bagaiman dengan orang tua? Jika guru harus terus belajar, tentunya orang tua harus juga ikut belajar, utamanya belajar memahami dunia anak yang sekarang makin penuh tantangan.Â
Memahami bagaimana karakteristik anak yang notabene merupakan generasi z dengan segala keunikannya.Â
Tanpa pemahaman yang baik pada masalah tersebut bisa- bisa anak akan tumbuh menjadi generasi yang rentan, mengingat tantangan yang dihadapi anak anak begitu besar utamanya akibat dari perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat.
Penting kiranya orang tua juga berperan sebagai teman atau sahabat yang bisa terbuka menerima curhat dan memberikan masukan pada anak agar mereka merasa tidak melangkah sendiri. Ada yang setia mendampingi, memberi kekuatan, mengingatkan mereka jika salah, yaitu orang tua mereka.
Point yang paling penting dari penanganan berbagai masalah siswa adalah sinergi dan saling pengertian antara orang tua dan guru.Â
Orang tua harus memahami berbagai aturan yang ditegakkan sekolah sehingga dalam perjalanan menuntut ilmu di sekolah tidak terjadi perbedaan tafsir atas aturan yang dibuat sekolah.
Pemahaman sekolah dalam hal ini guru terhadap kondisi siswa dan keluarganya juga penting. Sebab tidak bisa dipungkiri sebagian besar siswa yang bermasalah berangkat dari kondisi keluarga yang bermasalah juga.
Lalu bagaimana membangun sinergi yang baik antara orang tua dan sekolah? Beberapa hal di bawah ini bisa menjadi alternatif:
1. Melakukan sosialisasi tentang peraturan sekolah. Di awal tahun orang tua diajak memahami segala aturan yang ada di sekolah sehingga tidak terjadi perbedaan pemahaman terhadap peraturan tersebut.
2. Mengefektifkan paguyuban. Dengan adanya paguyuban komunikasi antara orang tua dan walikelas bisa lebih lancar. Orang tua bisa menyampaikan berbagai masalah putra putrinya, sementara walikelas bisa menyampaikan berbagai masalah siswa di sekolah.
3. Mengadakan kelas orang tua. Pada kelas orang tua, siswa belajar tentang berbagai profesi yang digeluti orang tuanya atau orang tua teman-temannya.Â
Dengan kelas orang tua siswa bisa lebih memahami berbagai profesi yang ada, juga menghargai jerih payah orang tua dalam mendidik dan membesarkan mereka.
4. Mengadakan acara parenting. Acara parenting bisa diisi dengan sharing berbagai masalah  bagaimana mendidik anak di era milenial yang penuh tantangan ini.Â
Hal lain yang sangat penting adalah sekolah lebih sering mengundang orang tua ke sekolah. Mengundang orang tua tidak hanya saat penerimaan rapor semester, namun bisa juga saat siswa melakukan unjuk karya misal saat perayaan projek penguatan profil pelajar Pancasila atau acara acara lain.
Akhirnya adalah  penting memperkuat sinergi sekolah dan orang tua untuk menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam pembelajaran siswa. Sekolah tidak bisa berdiri sendiri karena siswa berada di sekolah hanya sekitar delapan jam, dan sesudahnya mereka akan lebih banyak berada di rumah.
Selalu melakukan komunikasi akan memperkuat memperkuat antara sekolah dan orang tua.
Sebelum saya menutup tulisan ini mari kita amati dengan seksama logo peringatan Hari Guru tahun 2023 ini.Â
Logo kali ini mempunyai bentuk hati, yang  menggambarkan seluruh komponen pendidikan mulai dari guru, siswa hingga orang tua bersinergi menciptakan semangat belajar merdeka dan penuh cinta guna memberikan hasil yang terbaik untuk dunia pendidikan di Indonesia.
Akhirnya selamat Hari Guru bagi semua guru di Indonesia , semoga kita semakin bersemangat mendidik anak bangsa dengan penuh rasa cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H