Bu Rahma mengamati kertas hasil ujian tengah semester siswanya dengan cermat. Ini adalah kertas ujian ke sepuluh yang diperiksanya.Â
Pekerjaannya sejenak dihentikan lalu diperiksanya lagi kertas-kertas yang sudah diberi nilai. Ah, benar kecurigaannya. Ternyata jawaban siswa hampir sama dan mereka melakukan kesalahan yang sama persis, di nomor yang sama pula.
Ada yang tidak beres ini, pikir Bu Rahma. Semula ia merasa lega karena nilai semua siswa di atas KKM, tapi melihat ada keanehan, Bu Rahma langsung menghubungi sesama pengajar matematika untuk mendiskusikan masalah tersebut.
Tanpa menunggu lama, guru-guru segera melakukan invesigasi dan ternyata terbukti apa yang diperkirakan. Ada siswa yang menyebarkan soal ujian sehingga siswa yang lain sudah tahu lebih dahulu soal ulangan, bahkan ada yang membuat jawaban lalu disebarkan pada teman-temannya.
Betapa kecewa hati Bu Rahma dan guru -guru yang lain. Ternyata secara sembunyi-sembunyi seorang siswa mengeluarkan handphone, memotret soal, dan dishare. Padahal semua handphone sebelum ujian harus dimasukkan di tempat khusus. Rupanya satu siswa ini luput dari perhatian gurunya.
***
Di atas adalah contoh cerita yang sering terjadi di sekolah. Ketidakjujuran saat ujian. Betapa hal tersebut sering dilakukan. Ketidakjujuran bisa dilakukan siswa dengan cara yang bermacam-macam. Menyontek, menyebar jawaban atau soal, juga saling bertanya saat ujian.
Dari tahun ke tahun modus ketidakjujuran selalu berkembang. Jika zaman penulis sekolah dulu saling menyebarkan soal bisa melalui catatan di kertas, kini cukup potret soal dan sebarkan. Dalam hitungan detik soal sudah menyebar ke mana- mana.